Banyak yang Belum Tersentuh Iptek, PDIP Ingatkan Peran Negara

0
69

JAKARTA-RADAR BOGOR,Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I PDIP mengamanahkan setiap kader untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) Indonesia. Pasalnya, masih ada puluhan ribu kekayaan hayati yang belum disentuh teknologi.

“Terkait dengan obat-obatan, ada 30 ribu kekayaan hayati yang belum disentuh teknologi dan pengetahuan, semuanya ada di Indonesia,” kata Hasto saat memberikan sambutannya pada perayaan HUT Ke-47 PDIP di Kantor DPC PDIP Tangerang Selatan, Minggu (26/2).

Karena itu, negara harus punya andil besar dalam memajukan iptek. Menurut Hasto, tanpa peran itu, maka kekayaan alam Indonesia, terutama obat-obatan tidak bisa berkembang dan tidak menghasilkan nilai tambah.

Politikus kelahiran 7 Juli 1966 ini menilai, upaya untuk memajukan iptek sebenarnya sudah lahir dari pemikiran Bung Karno. Salah satunya yaitu menggagas buku Mustika Rasa yang berisikan menu kuliner dan rempah-rempah khas nusantara.

Kejayaan Indonesia bukan isapan jempol belaka. Presedennya pernah terjadi pada masa lampau. Saat itu, Indonesia tercatat dalam sejarah memiliki jalur rempah nusantara.

“Tidak ada negara yang sekaya Indonesia dalam hal kuliner dan bumbu-bumbuan. Kita seharusnya tidak boleh ada kekurangan gizi. Kita negara penghasil sarang burung walet. Itu sumber protein. Kekayaan laut sungguh melimpah,” jelas dia.

Lebih lanjut, Hasto mengingatkan, pesan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menginginkan anak-anak Indonesia mampu menjadi ahli di bidang disiplin keilmuan. Seperti matematika, fisika, kimia dan biologi.

“Jadi enggak boleh semua masuk politik. Anak-anak kita harus paham ilmu-ilmu dasar. Karena Itu keinginan Ibu Mega untuk menguasai jalan kemakmuran, kuasai iptek,” jelas Hasto.

Ia juga menilai, PDIP sebagai partai lama, optimistis bisa menjalani itu. Karena PDIP sudah kenyang asam garam dunia politik. Bahkan, sebagai satu-satunya partai politik yang memiliki tiga presiden sekaligus, yaitu Bung Karno, Megawati dan Joko Widodo.

Sekretaris Jenderal PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto mengatakan, Rapat Kerja Nasional (Rakernas) I PDIP mengamanahkan setiap kader untuk memajukan ilmu pengetahuan dan teknologi (Iptek) Indonesia. Pasalnya, masih ada puluhan ribu kekayaan hayati yang belum disentuh teknologi.

“Terkait dengan obat-obatan, ada 30 ribu kekayaan hayati yang belum disentuh teknologi dan pengetahuan, semuanya ada di Indonesia,” kata Hasto saat memberikan sambutannya pada perayaan HUT Ke-47 PDIP di Kantor DPC PDIP Tangerang Selatan, Minggu (26/2).

Karena itu, negara harus punya andil besar dalam memajukan iptek. Menurut Hasto, tanpa peran itu, maka kekayaan alam Indonesia, terutama obat-obatan tidak bisa berkembang dan tidak menghasilkan nilai tambah.

Politikus kelahiran 7 Juli 1966 ini menilai, upaya untuk memajukan iptek sebenarnya sudah lahir dari pemikiran Bung Karno. Salah satunya yaitu menggagas buku Mustika Rasa yang berisikan menu kuliner dan rempah-rempah khas nusantara.

Kejayaan Indonesia bukan isapan jempol belaka. Presedennya pernah terjadi pada masa lampau. Saat itu, Indonesia tercatat dalam sejarah memiliki jalur rempah nusantara.

“Tidak ada negara yang sekaya Indonesia dalam hal kuliner dan bumbu-bumbuan. Kita seharusnya tidak boleh ada kekurangan gizi. Kita negara penghasil sarang burung walet. Itu sumber protein. Kekayaan laut sungguh melimpah,” jelas dia.

Lebih lanjut, Hasto mengingatkan, pesan Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri yang menginginkan anak-anak Indonesia mampu menjadi ahli di bidang disiplin keilmuan. Seperti matematika, fisika, kimia dan biologi.

“Jadi enggak boleh semua masuk politik. Anak-anak kita harus paham ilmu-ilmu dasar. Karena Itu keinginan Ibu Mega untuk menguasai jalan kemakmuran, kuasai iptek,” jelas Hasto.

Ia juga menilai, PDIP sebagai partai lama, optimistis bisa menjalani itu. Karena PDIP sudah kenyang asam garam dunia politik. Bahkan, sebagai satu-satunya partai politik yang memiliki tiga presiden sekaligus, yaitu Bung Karno, Megawati dan Joko Widodo.(JWP)