BOGOR-RADAR BOGOR,Direktorat Sumberdaya Manusia (SDM) IPB University menyiapkan ratusan pegawai tenaga kependidikan (tendik) untuk menduduki jabatan fungsional melalui kegiatan Internalisasi SDM Institusi, Jumat (10/1) di Ruang Sidang Senat, Kampus IPB Dramaga, Bogor. Internalisasi tersebut dimaksudkan supaya para tendik memiliki kompetensi dan kualifikasi untuk tujuan yang sama. Meski tugas di unit berbeda, namun masih berada dalam satu institusi IPB University.
Direktur SDM, Dr Titik Sumarti menyampaikan kegiatan Internalisasi Menjadi SDM Unggul IPB University ini sebagai upaya membangun kebersamaan di awal tahun 2020. Upaya tersebut sesuai dengan Program Rektor IPB University yang berupaya menciptakan sumberdaya manusia unggul (engaged competent human capital).
Dr Titik menambahkan, tahun 2020 ini merupakan tahun engaged competent human capital. Melalui internalisasi ini, diharapkan pegawai IPB University sama-sama menuju ke arah competent human capital yang merupakan bagian dari IPB University.
Di IPB University pegawai tendik saat ini berjumlah 1282 orang. Dari jumlah tersebut setelah dilakukan mapping ada 300 pegawai yang berada di rentang usia di bawah 50 tahun, sehingga potensial untuk menduduki jabatan fungsional. Pegawai yang lain sudah berusia 55 tahun ke atas, meski ke depan arahnya akan juga menduduki jabatan fungsional.
“Ini menjadi tantangan 2020, tugas awal tahun IPB University adalah meningkatkan kompetensi melalui budaya bersama menjadi dignity human capital. Dengan kegiatan ini diharapkan setiap pegawai yang merupakan bagian dari IPB University yang ditempatkan di manapun akan bangga dengan kompetensinya. Hal ini karena kapasitas pegawai sudah lebih baik melalui karir dalam bentuk jabatan fungsional. Diharapkan akan mencapai tiga kata kewajaran, adil dan mengantarkan kepada kesejahteran pegawai,” ungkap Dr Titik.
Dr Ahmad Jalis, MA, Kepala Pusat Pengembangan Aparatur Sipil Negara menyampaikan terkait strategi pengembangan aparatur sipil negara (ASN) dalam peningkatan kinerja instansi.
Ia menyampaikan pelatihan itu bukan mengakumulasi pengetahuan namun tidak punya dampak apapun pada instansi. Pelatihan bukan sekedar membentuk kompetensi tapi juga peningkatan kinerja instansi.
“Seringkali yang terjadi adalah orang yang dikirim merupakan orang yang tidak tepat. Salah alamat, salah orang. Banyak pegawai sering tugas dan mendapat modul akan tetapi tidak melahirkan apapun dalam pekerjaan. Saya yakin ini tidak terjadi di IPB University,” ucapnya.
Ia mengaku, upaya dalam membentuk kompetensi tidak mudah. Pasalnya, perilaku kerja harus bisa diamati dan diukur dari pengetahuan, keterampilan dan sikap.
Oleh karena itu pelatihan harus diukur. Untuk mengukur peserta berada di level mana tidak hanya bersumber dari pengetahuan saja. Ahmad Jalis mengaku, pihaknya saat ini sedang mengevalusi pelatihan yang sudah dilakukan. Pihaknya menginginkan pelatihan tidak sekedar menghasilkan pegawai yang berkompeten saja, melainkan juga berdampak pada peningkatan organisasi.
“Harus ada nilai tambah, mulai dari human capital base dan peningkatan potensi para pegawai. Pelatihan yang dilaksanakan juga tidak harus homogen, bisa beragam dan unik pada masing-masing individu. Hal ini karena ada pegawai yang trampil tapi pengetahuannya tertinggal,” tambahnya.
Sementara itu, Sunarto, Kepala Bidang Pendidikan dan Pelatihan Teknis dan Fungsional, Pusdiklat Kemendikbud menyampaikan terkait strategi pelatihan untuk pengembangan karir fungsional. Ia menyampaikan bahwa jabatan fungsional sangat luar biasa, dampaknya jauh melebihi menjadi pegawai struktural. Hal ini karena melalui jabatan fungsional para pegawai akan banyak berubah baik dari sisi budaya kerja maupun kompetensi. (dh/RA)