JAKARTA-RADAR BOGOR, Wuhan University memutuskan untuk memperpanjang masa libur bagi mahasiswa sampai batas waktu yang belum ditentukan. Hal itu diungkapkan Yovandra, salah seorang mahasiswanya yang berasal dari Indonesia. Kini Yovandra tengah menempuh pendidikan S-2 pada jurusan Library Science atau Ilmu Perpustakaan.
Yovandra bercerita, pihak kampus mulanya memperpanjang liburan mahasiswa sekitar 2 minggu seiring mewabahnya virus korona yang telah membunuh ratusan jiwa dan ribuan orang terinfeksi. Namun, berdasar informasi lanjutan yang diterima Yovandra melalui email, masa libur mahasiswa diperpanjang hingga batas waktu yang belum ditentukan. Untuk mengaktifkan lagi masa proses belajar mengajar, pihak Wuhan University masih menunggu situasi sampai kondusif.
Kehadiran Yovandra kini di Indonesia baru saja menyelesaikan ujian semester yang berlangsung pada 30 Desember 2019 hingga 2 Januari 2020. Dia pun sudah memesan tiket untuk kembali ke Tiongkok pada pertengahan Februari mendatang. Namun, dengan adanya informasi yang dikirimkan pihak kampus, dia memutuskan untuk menunggu informasi lanjutan untuk kembali ke Wuhan.
“Sebenarnya saya sudah beli tiket tanggal 15 Februari. Tapi, kemarin saya dapat info dari pihak kampus libur diperpanjang sampai waktu yang belum ditentukan. Akhirnya saya reschedule keberangkatan ke sana,” kata Yovandra saat berbincang dengan JawaPos.com melalui sambungan telepon, Rabu (29/1).
Yovandra juga bercerita soal virus korona yang merebak di Wuhan dan Tiongkok. Menurut dia, virus itu sudah muncul sejak Desember 2019. Kala itu tersiar kabar kalau ada orang yang terinfeksi virus korona. Meski begitu, orang-orang di sana masih menanggapinya dengan santai.
Sampai sebelum Yovandra pulang ke Indonesia pada 7 Januari 2020, dia menyatakan situasi Wuhan normal seperti biasa. Bahkan, orang-orang di sana nyaris tidak ada yang mengenakan masker.
“Akhir Desember sebenarnya sudah ada kabar itu, tapi masih normal semuanya. Waktu saya mau pulang ke Indonesia situasinya juga masih normal walaupun di Wuhan sudah ada informasi tentang virus ini. Dalam perjalanan mau pulang, saya naik MRT, enggak ada pakai masker. Di bandara juga enggak ada yang pakai masker. Ada yang pakai cuma satu dua orang,” paparnya.
Setibanya di Indonesia, Yovandra baru mengetahui kalau virus korona sudah menjadi pemberitaan di banyak media. Dia pun aktif berinteraksi dengan mahasiswa Indonesia yang ada di Wuhan untuk mengetahui situasi terkini. Dia mengatakan situasi di Wuhan tidak semencekam dalam pemberitaan media.
“Saya sedikit mengkritisi informasi di media mainstream. Banyak media yang mengabarkan kepanikan teman-teman kita di sana padahal situasinya normal seperti biasa. Kekurangannya cuma kegiatan di luar sedikit dikurangi. Kalau bepergian menggunakan masker. Itu saja,” ucap pria asal Sumatera Barat itu.
Untuk makanan, Yovandra membenarkan bahwa di Wuhan kini memang agak kesulitan. Namun, mahasiswa di Wuhan University khususnya mahasiswa Indonesia di sana masih bisa bernapas lega. Pasalnya pihak kampus membantu proses distribusi makanan. Selain menyuplai makanan, Wuhan University juga melakukan pemeriksaan medis kepada para mahasiswa dengan melakukan pengecekan suhu tubuh dan yang lainnya.
Menurut penuturan Yovandra, sampai sekarang tidak ada mahasiswa di Wuhan University terinfeksi virus korona. “Iya diceknya setiap hari. Sejauh ini mahasiswa di Wuhan University tidak ada yang kena. Mahasiswa WNI di Wuhan juga enggak ada yang kena,” tuturnya.
Yovandra lebih lanjut mengatakan tidak ada ketakutan untuk kembali ke Wuhan meski virus korona terbilang agresif dan bisa membunuh orang dalam waktu singkat karena merusak saluran pernapasan. “Biasa saja. Malah saya menunggu kapan bisa berangkat, takut lupa sama pelajaran saya,” akunya.
Dia memastikan akan berangkat ke Wuhan jika sudah ada informasi dari pihak kampus yang meminta mahasiswa untuk kembali dan masa liburan mahasiswa dinyatakan berakhir. “Saya akan langsung booking tiket kalau ada pemberitahuan dari kampus,” pungkasnya. (jwp)