JAKARTA-RADAR BOGOR, Kepergian tokoh Nahdlatul Ulama (NU) KH Salahuddin Wahid meninggalkan duka bagi masyarakat Indonesia. Sebelum wafat, sosok yang akrab disapa Gus Solah itu pernah mengharapkan agar Muktamar NU 2020 jauh dari berbau politik uang.
Pernyataan itu diungkapkan oleh cendikiawan muslim Emha Ainun Nadjib. Pria yang disapa Cak Nun ini mengaku sering bertemu dengan Gus Solah. Perbincangannya pada 1 November 2019 berkeinginan untuk mengawal Muktamar NU.
“Saya cukup sering ketemu Gus Solah, yang terakhir di Pesantren beliau tanggal 1 November 2019. Gus Solah itu cita-cita terakhirnya sebelum wafat adalah ingin mengawal Muktamar NU, diusahakan supaya bebas dari politik uang,” kata Cak Nun di rumah duka, Mampang, Jakarta Selatan, Senin (3/2) dini hari.
Gus Solah, kata Cak Nun, selalu berkeinginan agar Muktamar NU berlangsung bersih. Bahkan dia menginginkan agar tidak ada prilaku koruptif yang kental dengan nuansa politis tumbuh du tubuh NU.
“Itu cita-citanya Gus Solah sebelum meninggal. Ingin muktamar NU bisa berlangsung bersih sebagaimana khittahnya dulu,” jelas Cak Nun.
Untuk diketahui, Gus Solah meninggal di Rumah Sakit Harapan Kita, Jakarta Barat pada Minggu (2/2) sekitar pukul 20.59 WIB. Tokoh NU ini wafat usai mengalami masa kritis setelah menjalani operasi selaput jantung pada Jumat (31/1).
Rencananya jenazah akan diterbangkan dari Bandara Halim Perdanakusuma menuju Jombang, Jawa Timur pada Senin (3/2) pagi. Gus Solah akan dimakamkan di Kompleks Pondok Pesantren Tebu Ireng, Jombang, Jawa Timur.
Gus Solah merupakanadik kandung dari mantan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur itu beberapa kali menjabat posisi penting. Pernah juga menjadi cawapres mendampingi Wiranto pada Pilpres 2004. Namun harus kalah dari pasangan Susilo Bambang Yudhoyono-Jusuf Kalla.
Jabatan terakhir yang diemban Gus Solah yakni menjadi anggota Dewan Etik Mahkamah Konstitusi. Namun, pada 2018 lalu, dia mengundurkan diri karena sakit. Kini posisi tersebut diduduki Ahmad Syafii Maarif atau Buya Syafii. Gus Solah lahir dari pasangan Wahid Hasyim-Sholehah. Kakek keduanya merupakan Hasyim Asyari pendiri Nahdlatul Ulama. (jwp)