BOGOR-RADAR BOGOR, Masa karantina 238 Warga Negara Indonesia (WNI) di Pangkalan Terpadu TNI Natuna selesai, Sabtu (15/2/2020). Mereka pun dipulangkan dan kembali ke pelukan keluarga masing-masing.
Salah satunya WNI asal Bogor, Yusuf Azhar. Ia mengaku selama dua pekan terjebak di Wuhan, China sangat sulit.
“Waktu Wuhan ‘lockdown’ (terisolasi), kami sebenarnya was-was. Meski jasmani sehat, tapi rohani kami ingin segera balik ke Tanah Air,” ungkapnya usai tiba di Bandara Halim Perdanakusuma, Jakarta Timur, Sabtu (15/2/2020).
Mahasiswa semester 1 jurusan Sastra Mandarin di Wuhan University itu sempat terisolasi di asrama (dormitory) di Kota Wuhan selama dua pekan sejak pertengahan Januari 2020. Otoritas setempat membatasi interaksi penghuni asrama dengan warga Wuhan.
“Yang tidak boleh, kami keluar sangat jauh dari ‘dormitory’, kecuali untuk beli makanan dan keperluan sehari-hari, itu pun maksimal jaraknya 500 meter,” katanya.
Warga Perum Griya Cimangir Blok B1 Nomor 27/28 Jalan Asma Asmawi, Kecamatan Gunung Sindur, Kabupaten Bogor itu juga mengalami krisis makanan selama berada di asrama.
“Kalau makanan kita menjauhi makan di restoran, kami lebih disarankan untuk membeli bahan mentah dan memasak sendiri. Walaupun saat itu sedang krisis makanan,” ujarnya dilasir Antara.
Putra kedua dari pasangan Cik Anang dan Aprilya itu diwajibkan mengenakan masker jenis N95 selama 24 jam yang difasilitasi oleh pemerintah Wuhan.
Ia menjelaskan, bahwa ketika di Natuna selalu ada pemeriksaan kesehatan setelah makan pagi dan makan sore sampai malam hari.
“Kalau dari Bogor ada tiga orang, dan alhamdulilah di sana (Natuna, red) sehat semua, saya belajar bahasa di Wuhan, sudah 6 bulan melanjutkan kuliah di Kampus Central China Normal University,” jelasnya.
Lebih lanjut ia menambahkan, kondisi saat ini sangat terganggu karena harus memulai perkuliahan dengan sistem kelas online.
“Dan sesuai dengan surat dari kemenkes saya dinyatakan sehat, kami masing-masing memiliki sertifikat, warga tak usah khawatir dengan kehadiran saya disini,” tambahnya.
Ia pun berkeinginan untuk kembali ke Kota Wuhan, China jika keadaan di sana sudah pulih. Untuk itu, dia berharap Pemerintah China dapat segera menanggulangi wabah Corona yang menjangkit Wuhan.
“Saya ingin berpesan. ‘Chayo Chukuo, Chayo’ Wuhan (Semangat Tiongkok, semangat Wuhan),” kata Yusuf.
Cik Anang yang merupakan ayah Yusuf Azhar mengaku, sempat menguatkan anaknya tersebut saat masih terisolasi di Wuhan soal mati syahid.
“Pas tahu merebak virus Corona, saya bilang ke anak saya, untuk ibadah, saya ingatkan bahwa banyak yang meninggal karena kebanjiran, bukan karena virus, meninggal dimana saja. Kalau meninggal karena menuntut ilmu, itu syahid,” kata Anang.
Ibunda Yusuf, Apriliya menambahkan, anaknya yang berkuliah di jurusan Ekonomi Universitas Wuhan tersebut kini belajar jarak jauh dari dosennya di China.
“Sementara, saat ini mereka diberi tugas sama dosennya, dikasih PR, secara online. Kecuali dari kedokteran,” tuturnya.
Ia mengaku, sangat bahagia ketika anaknya bisa pulang usai menjalani observasi selama 14 hari di Natuna dengan keadaan sehat. Bahkan, Apriliya akan menggelar acara syukuran atas kembalinya sang anak.
“Bahagia, senang sekali. Iya kami mungkin akan baca doa, syukuran untuk menyambut anak kami. Semua orang tua atas kejadian ini pasti bahagia semua,” ujar Apriliya.
Tak hanya itu, warga Bogor lainnya yang juga pulang yakni Almer Belmiro Putrawan (18) warga Jalan Abimanyu, RT 02/15, Kelurahan Bantarjati, Kecamatan Bogor Utara, Kota Bogor.
Kakak Almer, Tiara Regina Putriawan mengaku, bahagia mendengar kabar adiknya negatif virus corona dan dipulangkan. “Sudah lama berpisah, adik saya kuliah dapat beasiswa di Wuhan,” katanya.
Kepala Seksi Pencegahan dan Pengendalian Penyakit menular dan Surveilans (P3MS) Dinas Kesehatan Kota Bogor, Johan Musa mengatakan, sesampainya di rumah, warga yang dikarantina di Natuna tersebut akan kembali di chek ulang.
“Ke depan akan kami lakukan pendampingan dan memeriksa secara berkala,” kata Johan.
Ia mengimbau masyarakat, kepulangan warga Bogor dari China agar tidak menjadi kekhawatiran. Menurut dia, dari kajian dan data WHO, belum ada satu pun warga Bogor yang terjangkit virus mematikan tersebut.
“Mudah-mudah jangan sampai ada. Jadi warga, tidak perlu khawatir,” kata Johan. (cr3/nal)