Menkes Diminta Jujur Soal Jumlah Alat Tes dan Pasien Virus Korona

0
98
SIAGA: Petugas berjaga di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta, Rabu (4/3). RS itu menerima sepuluh pasien rujukan terkait virus korona. (SALMAN TOYIBI/JAWA POS)
SIAGA: Petugas berjaga di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta, Rabu (4/3). RS itu menerima sepuluh pasien rujukan terkait virus korona. (SALMAN TOYIBI/JAWA POS)
SIAGA: Petugas berjaga di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta, Rabu (4/3). RS itu menerima sepuluh pasien rujukan terkait virus korona. (SALMAN TOYIBI/JAWA POS)
SIAGA: Petugas berjaga di ruang isolasi Rumah Sakit Umum Pusat Persahabatan Jakarta, Rabu (4/3). RS itu menerima sepuluh pasien rujukan terkait virus korona. (SALMAN TOYIBI/JAWA POS)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Perkembangan pasien Virus Corona makin membengkak dalam hitungan hari. Hingga kini tersebar info pasien yang positif Covid-19 sejumlah 19 orang.

Berdasar temuan di lapangan, anggota Komisi IX DPR Dewi Aryani, mendapatkan informasi bahwa prosedur dan proses yang dilakukan dalam melakukan tes terhadap pasien memakan waktu antara 3-5 hari.

Semua tes swab pasien dikirim ke Kemenkes untuk diuji dan hasilnya dikembalikan lagi ke rumah sakit rujukan dengan rentang waktu antara 3-5 hari. Itu pun masih di wilayah Pulau Jawa. “Bagaimana jika rumah sakit rujukan berada di luar Pulau Jawa dengan lokasi yang jauh dari pusat kota dan bandara,?” tanyanya.

Anggota Fraksi PDI Perjuangan DPR itu mengatakan, Menkes sebaiknya jujur terkait jumlah alatnya dan berapa jumlah pasien yang sudah dites dalam beberapa waktu ini. Bisa dilihat Singapura, Korea dan negara lainnya, mereka sudah melakukan tes kepada puluhan ribu bahkan ratusan ribu orang.

“Masak Indonesia hanya melakukan tes hanya kepada sebanyak 300-an orang saja. Tidak masuk akal dengan dengan luasan wilayah dan pintu masuk ke negara ini yang begitu banyak dan beragam. Something is just not right.” ucap dia.

Dewi meminta pemerintah lebih terbuka dan jika memang dibutuhkan segeralah melakukan langkah cepat untuk menambah alat dan menambah jumlah orang yang dilakukan tes. Bukan untuk membuat panik, tapi lakukan secara proporsional merata di semua provinsi. “Jangan anggap sepele dan santai menyikapi hal ini,” tandasnya.

Sebelumnya diberitakan, jumlah pasien virus korona jenis baru atau COVID-19 di Indonesia, naik drastis dalam kurun waktu sehari. Senin (9/3) kemarin, ada 13 pasien yang dinyatakan positif terinfeksi virus korona. Sehingga, total pasien yang positif virus korona di Indonesia jadi 19 orang.

“Sehingga hari ini kasus yang terkonfirmasi positif 19 orang. Ini yang kami rilis kasus 1 sampai 6 kemarin, hari ini saya sampaikan kasus 7 sampai 19,” kata Juru Bicara COVID-19 Untuk Pemerintah Achmad Yurianto, Senin (19/3).

Yurianto menegaskan, masyarakat diminta untuk tenang, karena penyakit ini tidak seperti di Wuhan, Tiongkok. Tidak ada pasien yang menggunakan oksigen dan infus.

“Gejala klinis yang kami dapatkan pada mereka yang tanpa penyuakit kronis mendahului, tidak demam, tidak batuk, artinya secara keseluruhan tampak sebagai pasien ringan, tidak sakit berat,” paparnya.

Namun, ada beberapa pasien yang dipasang infus dan oksigen karena memang ada penyakit kronis yang mendahului. Berdasarkan hasil lab, kata dia, pemeriksaan dilakukan beberapa hari lalu yang menggunakan PCR, kemudian dikonfirmasi dengan Genome Squenzing.

“Maka hari ini ada beberapa lagi kasus positif yang kami dapatkan,” katanya.

Sementara itu, pasien 1 (31 tahun) dan pasien 2 (64 tahun) masih dinyatakan positif virus Korona meski sudah dirawat selama 7 hari. Virus tersebut masih belum hilang dari tubuh pasien meski sudah dirawat selama sepekan. (jwp)