Tak Dapat Bantuan, Petugas Medis Penanganan Pasien Corona di Tasikmalaya Gunakan Jas Hujan

0
301
Tim medis ruang isolasi RSUD dr.Soekardjo memang hanya menggunakan jas hujan sebagai pelindung diri.
Tim medis ruang isolasi RSUD dr.Soekardjo Tasikmalaya gunakan jas hujan sebagai pelindung diri.

TASIKMALAYA-RADAR BOGOR, Sebagai tim pelindung virus corona atau COVID-19, terdapat hal menarik yang terjadi dari RSUD dr. Soekadjo, Kota Tasikmalaya, Jawa Barat.

Para petugas medis RSUD dr.Soekadjo terpaksa menggunakan jas hujan disertai dengan masker untuk menutupi wajah, karena minimnya peralatan ketika melakukan penanganan diduga suspect corona.

Sementara itu, pemerintah Kota Tasikmalaya melalui Dinas Kesehatan, dikabarkan belum mampu menyediakan alat pelindung diri di ruang isolasi khusus RSUD dr.Soekardjo.

Pasien Dalam Perawatan (PDP) memang pernah dirawat di ruang isolasi RSUD dr.Soekardjo pada Sabtu, 7 Maret 2020. Saat itulah semua petugas terlihat menggunakan jas hujan ketika berlalu-lalang.

Setelah itu, pasien dirujuk ke RSU Gunung Jati Kota Cirebon. Namun ketika petugas medis hendak berangkat ke Cirebon untuk mengantar tiga orang pasien ODP COVID-19 tersebut, mereka terpaksa hanya bisa menggunakan jas hujan sebagai alat pelindung diri karena ketersediaan alat yang minim.

Senada dengan pernyataan tersebut, Wali Kota Tasikmalaya, Budi Budiman mengatakan bahwa pihaknya membenarkan selama ini tim medis ruang isolasi RSUD dr.Soekardjo memang hanya menggunakan jas hujan sebagai pelindung diri.

Budi juga menambahkan, bahwa alat berupa jas di ruang isolasi tersebut hanya boleh dipergunakan satu kali sehingga membuat stok menjadi minim. “Memang untuk alat pelindung diri di ruang isolasi masih minim. Mengingat jas tersebut dipergunakannya hanya satu kali.

“Dengan keterbatasan jas pelindung diri itu tim petugas terpaksa harus membeli jas hujan yang sederhana. Tapi kita tetap berupaya meminta bantuan kepada Kementerian Kesehatan untuk mengirimkan alat pelindung diri (APD),” ujar Budi Budiman, Minggu 8 Maret 2020.

Selain itu, ia mengatakan bahwa alat pelindung sangat diperlukan dalam kewaspadaan menghindari penyebaran COVID-19 khususnya Kota Tasikmalaya. Termasuk alat pendeteksi suhu badan atau thermal scanner yang masih terbatas berjumlah empat buah.

“Untuk alat pendeteksi suhu badan memang sekarang ini sulit didapatkan karena banyak yang memborong, tetapi kami terus berupaya agar Kementerian Kesehatan bisa mengirimkan alat tersebut,” ujar Budi, dilansir pikiranrakyat.

Berjumlah empat, alat tersebut juga telah ditempatkan di Stasiun KA, Bandara Wiriadinata, RSUD dr.Soekardjo dan Pemerintah Kota Tasikmalaya.

Sementara itu, Kepala Dinas Kesehatan Kota Tasikmalaya sebagai juru bicara Crisis Centre COVID-19, Uus Supangkat mengatakan bahwa ketiga pasien yang dirawat telah dirujuk ke Cirebon.

Tapi, hasil diagnosa dari tim dokter menunjukkan bahwa salah satu pasien warga negara Filipina mengalami radang amandel akut dan bukannya COVID-19.

Membenarkan pernyataan sebelumnya, Uus mengatakan bahwa petugas yang menangani tiga pasien di ruang isolasi khusus RSUD dr.Soekardjo semuanya memakai jas hujan dan alat pelindung (APD) karena minimnya peralatan.

“Memang sangat terbatas. Kami juga telah berupaya agar ada bantuan dari pemerintah pusat, untuk segera mengirimkan alat pelindung tersebut mengingat pakaian itu sangat dibutuhkan. Apalagi SOP nya hanya bisa digunakan sekali pakai sehingga ketersediannya harus banyak,” kata Uus.(pojoksatu)