Virus Corona Mewabah, Ketua MPR: Ekonomi Tak Boleh Lemah

0
97
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengapresiasi kinerja Jaksa Agung Burhanudin yang bergerak cepat dan tepat dalam menuntaskan skandal Jiwasraya. (dok MPR RI)
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengapresiasi kinerja Jaksa Agung Burhanudin yang bergerak cepat dan tepat dalam menuntaskan skandal Jiwasraya. (dok MPR RI)
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengapresiasi kinerja Jaksa Agung Burhanudin yang bergerak cepat dan tepat dalam menuntaskan skandal Jiwasraya. (dok MPR RI)
Ketua MPR RI Bambang Soesatyo (Bamsoet) mengapresiasi kinerja Jaksa Agung Burhanudin yang bergerak cepat dan tepat dalam menuntaskan skandal Jiwasraya. (dok MPR RI)

JAKARTA-RADAR BOGOR,Ketua MPR Bambang Soesatyo (Bamsoet) mendorong pemerintah untuk lebih serius dan kreatif dalam menghadapi wabah virus korona. Terutama mengkreasi langkah-langkah atau kebijakan stimulus ekonomi.

Pasalnya, kata Bamsoet, wabah yang berasal dari Wuhan, Tiongkok itu sangat mempengaruhi perekonomian negara manapun. Karena itu stimulus ekonomi sangat diperlukan agar kerusakan yang terjadi saat ini tidak semakin parah.

“Jangan sampai virus korona menyebabkan lumpuhnya perekonomian nasional. Rasa cemas dan kehati-hatian jangan sampai menghentikan atau mengurangi keseluruhan aktivitas masyarakat dalam skala ekstrim,” paparnya.

Bamsoet berharap, kehidupan harus tetap berjalan sebagaimana mestinya agar kerusakan akibat penyebaran wabah virus korona tidak semakin parah. Karena setiap orang harus berani tetap bekerja, kegiatan produksi dan perdagangan tidak boleh berhenti, aktivitas belajar anak dan remaja harus tetap berjalan.

“Pemerintah pun hendaknya tetap mengupayakan kebijakan dan langkah-langkah stimulus guna mereduksi kerusakan di sektor ekonomi dan bisnis,” tuturnya.

Namun, lanjut Bamsoet, yang terpenting untuk diwaspadai dan disikapi oleh semua pihak adalah fakta bahwa wabah virus korona sudah menimbulkan kerusakan cukup serius bagi perekonomian, termasuk ekonomi nasional. Gambaran tentang kerusakan itu sudah menjadi pemberitaan dalam beberapa pekan terakhir.

“Lalu lintas ekspor-impor menurun karena melemahnya permintaan. Itu berarti kegiatan produksi di sejumlah negara, termasuk Indonesia, juga menurun. Asumsinya, banyak perusahaan tidak akan mampu mewujudkan perkiraan laba,” paparnya.

Dampaknya tentu saja ke pasar modal. Banyak investor sudah menarik dananya dari pasar modal untuk ditempatkan pada instrumen investasi yang aman. Sektor penerbangan dan pariwisata bahkan sudah menghitung rugi.

Kalau proses kerusakan ini tidak direduksi, perekonomian global bisa terseret ke dalam resesi. Apalagi, durasi cemas dan kehatian-hatian akibat wabah virus korona belum bisa dihitung.

“Menunggu sambil membiarkan terjadinya eskalasi kerusakan adalah salah. Semua orang tentu tidak mengharapkan terjadi resesi ekonomi akibat wabah virus korona,” paparnya.

Dalam posisinya sebagai regulator, pemerintahan di semua negara diharapkan berbuat maksimal untuk mencegah potensi resesi. Harus ada keberanian menawarkan dan menerapkan kebijakan serta langkah-langkah stimulus untuk memperkecil skala kerusakan di sektor ekonomi dan bisnis.

Karena itu, inisiatif pemerintah Indonesia menerapkan sejumlah kebijakan stimulus ekonomi sudah tepat, sebagai Countercyclical atas kerusakan akibat virus korona. Stimulus fiskal dan kemudahan prosedural ekspor impor, termasuk dukungan kepada UMKM, sangat relevan.

Termasuk juga, kata Bamsoet, soal stimulus dari Bank Indonesia (BI) dan Otoritas Jasa Keuangan (OJK) pun mestinya memberi keleluasaan bagi perbankan menurunkan suku bunga kredit, karena likuiditas bank menjadi cukup besar. Likuiditas yang besar itu idealnya memudahkan bank menyalurkan kredit murah untuk memaksimalkan produktivitas sektor riil.

“Semua kementerian dan lembaga serta semua pemerintah daerah diharapkan memaksimalkan pemanfaatan anggaran belanja untuk mendongkrak produksi dan permintaan di dalam negeri. Jangan lagi ada kasus dana pembangunan yang tidak dimanfaatkan dan hanya diendapkan di bank,” pungkasnya.