BOGOR–RADAR BOGOR,Pascasarjana Universitas Pakuan (Unpak) menggelar seminar nasional yang mengusung tema “Business Innovation Challenge In Industry 4.0 Entering To Society 5.0” di Gedung Pascasarjana Magister Manajemen Unpak, Sabtu (14/3).
Tampak hadir narasumber dari berbagai kalangan, mulai dari Tenaga Ahli Menko Perekonomian, Ngakan Timur Antara, mantan Menteri ESDM, Purnomo Yusgiantoro, Founder Tukangsayur.co, Rafael Jeffry A. Sani, serta Pimpinan BNI Cabang Bogor, Welly Mahendra.
Hendarto, selaku Ketua Panitia seminar mengungkapkan alasan mengangkat tema tersebut lantaran masyarakat perlu memahami apa itu industri 4.0 serta masyarakat 5.0. Lebih lanjut, Hendarto mengatakan, dalam setiap acara ilmiah ada dua hal yang terpenting, yakni penelitian dan pengajaran.
“Saat ini kita sedang ingin tahu apa sih industri 4.0 dan masyarakat 5.0 itu. Karena itu semua adalah era yang tidak bisa kita tolak,” kata Hendarto.
Ia menuturkan, industri 4.0 bicara tentang aspek teknologi, sedangkan masyarakat 5.0 bicara tentang robotik. Artinya, sambung Hendarto, kemajuan teknologi diharapkan dapat mempermudah dalam melakukan segala urusan.
Melalui seminar nasional yang dihadiri oleh ratusan peserta dari berbagai elemen seperti akademisi, pelaku usaha, dan elemen lainnya diharapkan mampu menerapkan apa yang disampaikan oleh para pemateri. Hendarto juga mengatakan, dari apa yang didapat di seminar nasional tersebut, diharapkan bukan hanya mendapatkan keramaiannya saja, namun pengaplikasiannya tentu yang lebih diutamakan.
“Seminar ini lebih menekankan pada basis teknologi dalam memanfaatkan internet untuk industri bisnis, satu sisi, masyarakat 5.0 bicara bagaimana meningkatkan kualitas hidup,” ucapnya.
Sementara itu, mantan Menteri ESDM, Purnomo Yusgiantoro menerangkan bahwa perlunya kolaborasi dari pemerintah dengan pelaku industri dalam menghadapi tantangan industri 4.0. Menurutnya, pada 2045 mendatang, Indonesia diharapkan sudah menjadi negara industri berbasis pada nilai tambah.
“Dalam aspek energi di industri 4.0, Indonesia perlu mengurangi energi fosil yang tidak dapat diperbaharui,” ucapnya.
Selain itu, dirinya mengatakan, untuk ketahanan energi mendatang, Indonesia dituntut untuk mampu menghadirkam dan menggunakan energi baru dan terbatukan (EBT). Menurutnya, kecenderungan penggunaan energi di masa mendatang adalah pemberian ruang yang lebih besar kepada pemerintah untuk mengelola konsumsi dan memasok sumber energi.
“Apalagi era sudah memasuki indutri 4.0. Industri yang berbasis teknologi semakin masif, pemakaian energi fosil masih dominan. Hal tersebut yang membuat tingkat ketergantungan terhadap energi fosil makin tinggi. Jadi perlu energi alternatif,” tandasnya.(cr3/cr5/c)