Dua Klub Ini Dorong Liga 1 Musim 2020 Berhenti Total

0
65
Madura United saat menjamu Persela Lamongan di Stadion Ratu Pamelingan pada Liga 1 2019. (Jawa Pos)
Madura United saat menjamu Persela Lamongan di Stadion Ratu Pamelingan pada Liga 1 2019. (Jawa Pos)

LAMONGAN-RADAR BOGOR, Usulan penghentian total kompetisi Liga 1 musim 2020 mengemuka kembali. Persela Lamongan yang kembali mendorongnya. Usul itu dimunculkan dengan dasar perkembangan persebaran virus korona atau Covid-19 dan penanganannya.

Dari hari ke hari, jumlah orang yang terpapar Covid-19 terus bertambah. Penambahannya bahkan di atas 200 pasien per hari. Di sisi lain, beberapa ahli memprediksi pandemi baru berakhir Juli mendatang. Atau saat PSSI menjadwalkan akan memutar kembali roda kompetisi.

Sesuai keputusan sebelumnya, PSSI menghentikan sementara kompetisi dan baru memulainya lagi pada 1 Juli. Namun, jika sampai 29 Mei kondisinya belum membaik, induk organisasi sepak bola nasional itu bakal mengambil langkah untuk menghentikan total kompetisi musim ini.

’’Dengan kondisi tanpa pemasukan 3,5 bulan, tapi tetap mengeluarkan biaya yang tidak sedikit, jelas beban klub akan sangat berat kalau kompetisi dijalankan lagi dengan situasi seperti itu,’’ kata CEO Persela Yuhronur Efendi.

Belum lagi jika memperhatikan kondisi pemain. Tanpa latihan yang teratur dan terencana dalam waktu lebih dari dua bulan, jelas bukan pekerjaan mudah bagi semua pelatih untuk membangun tim yang kompetitif. Mereka pasti butuh waktu tambahan untuk bisa mengembalikan kondisi para pemain.

Mencermati itu semua, Yuhronur pun sepakat dengan usulan penghentian kompetisi yang sebelumnya disuarakan Direktur Madura United Haruna Soemitro dan Manajer Persela Edy Yunan Ahmadi. ’’Semua berharap pandemi ini segera berakhir. Tapi, kita semua juga harus berhitung dengan kemungkinan-kemungkinan lain soal pandemi ini. Karena itu, menghentikan kompetisi saya rasa sangat realistis,’’ ujar Yuhronur.

Direktur Madura United Haruna Soemitro menyatakan, sebagai pihak yang mendukung ditiadakannya kompetisi, pihaknya sudah punya cara untuk mengatasi problem tersebut. Untuk kontrak pemain, Madura United siap membatalkan seluruh klausul yang ada. ’’Karena ini (pendemi korona) kan force majeure. Kalau force majeure, kami bisa membatalkan semua kontrak. Karena status (kompetisi) shut down, jadi semua harus di-restart lagi,’’ katanya saat dihubungi Jawa Pos.

Lantas, apakah pembatalan kerja saat force majeure masuk dalam salah satu draf kontrak? Haruna mengaku poin itu memang tidak terdapat dalam kontrak pemain. Khususnya Madura United. ’’Tapi, ada atau tidak, kalau dalam kondisi force majeure, ya semua bisa batal demi kebaikan bersama. Ini bencana nasional lho,’’ tegas mantan manajer Persebaya tersebut.

Alasan itu pula yang akan digunakan untuk membatalkan kontrak dengan pihak sponsor. ’’Jangan semua dibebankan kepada klub,’’ keluh Haruna. Dia menjelaskan, jika ada pembatalan kontrak, bukan berarti klub tidak peduli dengan pemain. Termasuk jika gaji pemain dipangkas sampai 75 persen. ’’Jangan anggap klub tidak peduli dengan pemain. Ini kan situasi tidak normal. Jadi, harus ada tindakan tidak normal. Jangan ada ego kalau gaji dipangkas 75 persen,’’ katanya. (jpc)