RADAR BOGOR, Newcastle United di era Alan Shearer pernah mencapai puncak kejayaan. Finis runner-up beruntun di Premier League (1995–1996 dan 1996–1997) serta dua kali berlaga di Liga Champions (1997–1998 dan 2002–2003).
Setelah prestasi di era Sir John Hall itu, The Magpies –julukan Newcastle United– mengalami kemunduran ketika diambil alih Mike Ashley sejak 23 Mei 2007. Tidak hanya turun kelas menjadi klub medioker, bahkan bisa dibilang klub papan bawah seiring dua kali terdegradasi dari Premier League (2008–2009 dan 2015–2016). Tetapi juga klub yang bermasalah dengan keuangan karena Ashley tidak punya banyak dana untuk membuat The Magpies kompetitif.
Namun, seiring persetujuan Ashley untuk melepas kepemilikan klub kepada konsorsium Arab Saudi, Public Investment Fund (PIF), kemarin (15/4), fans The Magpies kini bisa berekspektasi tinggi lagi. Sebab, PIF bukan investor kaleng-kaleng. Ada Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi Mohammed bin Salman (MBS) sebagai penyokong dana PIF.
Melalui perantara Amanda Staveley, salah seorang pendiri perusahaan investasi PCP Capital Partners, dan Jamie Reuben dari perusahaan properti kondang Inggris, Reuben Brothers, Ashley sepakat dengan harga pelepasan GBP 300 juta (Rp 5,84 triliun). Meski belum ada pernyataan resmi dari Ashley maupun The Magpies, alih status itu diklaim sudah disahkan secara hukum dan tinggal menunggu hal-hal yang lebih detail. ’’Perjanjiannya sudah mengikat secara hukum dengan uang deposit 5 persen diterima Mike Ashley untuk mengakhiri kekuasaannya selama 13 tahun (di Newcastle United, Red),’’ tulis Sky Sports dan talkSPORT.
Bertakhtanya konsorsium Arab Saudi tak pelak bakal membawa revolusi finansial bagi The Magpies. Media-media Inggris seperti Daily Mail dan koran lokal Newcastle, Evening Chronicle, menyebut The Magpies kini seperti naik kelas. Seperti Manchester City yang berubah dari klub semenjana menjadi klub papan atas Inggris sejak di-takeover miliarder asal Dubai (UEA), Sheikh Mansour, pada 2008.
Bahkan, Daily Star langsung menulis bahwa uang dari MBS cukup buat mendatangkan pemain kelas satu seperti bintang Juventus Cristiano Ronaldo maupun winger Real Madrid Gareth Bale. ’’Klub ini (Newcastle United) bisa seperti Manchester City. Tidak sekadar mengejar prestasi, tetapi juga membangun fondasi yang kuat,’’ tutur Staveley kepada The National.
Dalam sedekade di bawah Sheikh Mansour, City berhasil membangun akademi sepak bola yang mapan dan modern, memberikan kemakmuran buat pelaku ekonomi lokal, serta memanjakan penyandang disabilitas dengan berbagai program klub. ’’Saya adalah fans City jika melihat bagaimana klub itu bertransformasi saat ini. Ditangani pelatih terbaik, memiliki pemain kelas dunia, dan gelar yang didapatkan setiap tahun,’’ beber Staveley. ’’Saya tidak akan membuat City yang baru, tetapi ingin menghadirkan sebuah klub dengan konsep yang sukses memberdayakan masyarakat kotanya,’’ tambah alumnus St Catharine’s College Cambridge itu.
The Athletic menulis, ada beberapa hal lagi yang menjadi pekerjaan rumah PIF selain soal investasi. Yakni, memperbaiki relasi dengan suporter maupun para mantan pemain berpengaruh. Shearer termasuk yang kecewa dengan kepemimpinan Ashley selama ini. (jpc)