RADAR BOGOR, Newcastle United menjadi klub Premier League pertama yang merumahkan staf non kepelatihan selama pandemi Covid-19 atau per akhir bulan lalu. Langkah itu kemudian disusul Norwich City, Bournemouth, Tottenham Hotspur, dan Liverpool. Namun, tiga klub terakhir merevisinya karena desakan yang sangat kuat dari fans mereka sendiri.
Menurut The Shields Gazette, kebijakan mengistirahatkan staf non kepelatihan oleh pemilik klub Mike Ashley itu menjadi tanda paling nyata bahwa finansial klub terguncang. Meski, sudah jadi rahasia umum bahwa The Magpies memang bukan klub yang punya anggaran yang bagus seiring dengan tidak terlalu kompetitifnya mereka sejak kembali ke Premier League tiga musim terakhir.
The Athletic kemarin (15/4) menulis, Ashley akhirnya mau melepas The Magpies ke konsorsium yang disokong Pangeran Mohammed bin Salman, karena bisikan dua orang kepercayaannya. Yakni, tangan kanannya, Justin Barnes, dan pengacaranya, Chris Mort.
’’Uang yang ditawarkan calon pemilik baru sangatlah besar dan bisa menopang lini bisnis lain Ashley. Lagi pula, Ashley sudah kehilangan kepercayaan kalau dirinya bisa menang dari ’perjudian’ di bidang sepak bola,’’ tulis The Athletic.
Sejak menjadi pemilik Newcastle pada 2007 dengan biaya akuisisi GBP 133 juta (Rp 2,6 triliun), sudah beberapa kali Ashley berniat melego The Magpies. Salah satunya pada September 2008 atau pada akhir tahun pertamaya menangani klub yang berkandang di St James’Park tersebut.
Meski punya rapor kepemimpinan yang buruk, Ashley setidaknya pernah berprestasi bersama Newcastle United. Yakni, langsung kembalinya The Magpies ke Premier League setelah semusim turun ke Championship. Bukan sekadar promosi, melainkan juga menjadi kampiun Championship pada 2009–2010 dan 2016–2017.
’’Klub ini bisa memenangi sesuatu (gelar, Red) apabila ditangani dengan serius,’’ kata kapten sekaligus bek tengah Newcastle United Jamal Lascelles kepada Evening Chronicle. (jpc)
