Minum Obat Ini, Mayoritas Pasien Corona Diklaim Cepat Sembuh

0
680
Tim riset sedang mengambil sampel virus corona. (AFP)

AMERIKA – RADAR BOGOR, Di tengah pandemi virus Covid-19 (Corona), kabar gembira datang dari dunia medis. Peneliti dari Universitas Kedokteran Chicago melihat Remdesivir bisa digunakan dalam pengobatan guna menyembuhkan corona.

Obat yang diproduksi Gilead Sciences tersebut, telah di uji coba pada 125 pasien COVID-19 dalam dua kali pengetesan terhadap 113 pasien yang memiliki gejala parah.

Ternyata, hasilnya mereka pulih dengan cepat. Kurang dari satu minggu perawatan, mayoritas sembuh, tidak menggunakan ventilator lagi dan bisa keluar dari rumah sakit.

“Berita terbaiknya adalah sebagian besar pasien kami sudah keluar dan ini luar biasa,” kata spesialis penyakit menular di Universitas Chicago, Dr Kathleen Mullane dalam sebuah video sebagaimana dikutip CNN International dari situs kesehatan STAT.

STAT mengatakan memperoleh rekaman dari internal Universitas Chicago. Namun, Mullane tidak menanggapi permintaan komentar dari CNN sementara universitas juga mengatakan belum akan bersuara sampai hasil resmi siap.

Hingga saat ini, sebenarnya belum ada obat yang bisa menyembuhkan COVID-19. Sejumlah perusahaan juga masih melakukan pengujian guna menemukan vaksin.

Tetapi The National Institutes of Health (NIH) yang bertanggung jawab pada pengujian biomedis dan kesehatan masyarakat AS juga tengah menguji remdesivir. Obat ini digunakan dalam perawatan infeksi virus Ebola.

Meski dalam penelitian, kesuksesannya sedikit, tapi beberapa penelitian di binatang memperlihatkan obat ini cukup efektif mencegah dan merawat penyakit yang terkait corona. Termasuk SARS dan MERS.

Sementara itu, di Februari WHO memang sempat mengatakan remdesivir berpotensi melawan COVID-19. Gilead sendiri, sebagai perusahaan yang memproduksi obat, menilai uji coba klinis masih harus dilakukan.

Gilead sudah mensponsori tes pada 2.400 pasien COVID-19 dengan gejala parah di 152 lokasi di seluruh dunia. Perusahaan juga menguji obat pada 1.600 pasien dengan gejala ringan di 169 rumah sakit seluruh dunia.

Hasil penelitian diharapkan bisa didapat akhir April ini. “Kami memahami kebutuhan mendesak untuk obat COVID-19,” tulis perusahaan. (cnbc)