RADAR BOGOR, Sudah hampir seminggu kita menjalani ibadah puasa di bulan suci Ramadhan 1441 Hijriyah dalam kondisi pandemi virus Corona atau Covid-19, sehingga membuat kita selaku umat Islam diimbau untuk tidak menjalankan tambahan ibadah wajib dan sunnah nya di masjid, tapi dilakukan di rumah saja, seperti taraweh, witir dan tahajud.
Namun, dengan adanya pembatasan tersebut, tidak boleh dijadikan sebagai penghalang. Semangat puasa harus tetap dijadikan sebagai sarana untuk melatih diri dengan tetap menjaga jarak dan nafsu juga termasuk membatasi emosi negatif dan provokasi.
Dengan puasa, kita diharapkan untuk dapat mengendalikan diri, walaupun ada Covid-19, kita harus menyikapinya secara proporsional, seperti misalnya untuk mencegah penularan infeksi Covid-19 itu maka dilakukan pembatasan sosial, sehingga umat islam pun harus turut melakukan pembatasan sosial dan jangan melanggar ketentuan itu.
Baik pemerintah bahkan MUI telah mengeluarkan fatwa bahwa untuk Qiyamu Ramadhan atau salat tarawih, witir dan tahajud, cukup dilakukan di rumah saja untuk mencegah penyebaran pandemi Corona itu.
Puasa itu sebetulnya harus ada hasilnya yaitu taqwa, termasuk kesadaran diri kita. Dalam QS Al-Baqarah ayat 183 dikatakan bahwa, Sebetulnya puasa itu harus ada hasilnya. Hasilnya adalah la’allakum tattaqun yaitu takwa. Kalau di dalam Alquran, takwa salah satu pengertiannya adalah prinsip kesadaran.
Jadi bagi orang yang melakukan puasa itu supaya berhasil puasanya, maka dia harus memiliki kesadaran baru dari puasanya itu sendiri,
Jika selama ini dalam diri kita ada yang kurang bersyukur, maka dengan puasa kemudian mendapatkan kesadaran baru, bahwa kita harus banyak bersyukur dengan anugerah yang diterima.
Misalnya seperti mata yang masih bisa berkedip, hidung yang masih lancar untuk bernafas, termasuk kaki dan tangan yang masih dapat melakukan kegiatan apapun. Kesemuanya itu adalah anugerah yang besar dari Allah SWT.
Selain itu, ada juga taqwa untuk kesadaran moral seperti yang dijelaskan dalam QS Al A’raf yang berbunyi innalazi nattaqa izamasahun thaifummina syaithan tadzakkaru’.” Jadi orang-orang yang bertaqwa apabila di sentuh oleh setan, maka kemudian tadzakkaru mereka langsung sadar,” jelasnya.
Pengertian di sentuh oleh setan ini dalam pengertian kalau di dalam hatinya terlintas untuk melakukan tidak baik, maka orang yang bertaqwa itu akan langsung sadar. Selain itu di saat mewabahnya Covid-19, kita dapat memberian bantuan kepada masyarakat yang membutuhkan, maka taqwa kita itu dalam berpuasa menjadi khusus dan dilipatkan pahalanya.
Ada satu hikmah besar yang jarang disadari bagi kita sebagai kaum yang lemah dihadapan Allah, bahwa dalam kita berpuasa di saat pandemi Covid-19 yang bersifat global telah berdampak pada seluruh aspek kehidupan, justeru terselip hikmah yang begitu luar biasa.
Mengapa ? Awalnya pandemi Covid-19 itu hanya berdampak pada aspek kesehatan, kemudian meluas kepada aspek ekonomi, pendidikan, keagamaan, pemerintahan, termasuk pangan. Sejalan dengan tugas menjalankan ibadah bulan Ramadhan, tentu tugas kita adalah bagaimana menemukan hikmah dari bencana tersebut.
Melihat karakteristik Covid-19 termasuk multiplier effect yang ditimbulkan, prasangka baik kita adalah bahwa Tuhan tidak saja sedang menguji kesabaran kita, tetapi juga sedang meminta kita untuk menata ulang tata kehidupan kita yang baru.
Realitanya, bumi ini sudah merasakan beban yang sangat berat. Kerusakan lingkungan terjadi dimana-mana. Polusi udara, pencemaran sungai dan laut, sampah yang menggunung, deforestasi, dan bahkan pemanasan global telah kita rasakan. Seiring meningkatnya intensitas aktivitas ekonomi menjadikan lapisan ozon di bumi ini semakin menipis.
Namun kini, karena kita harus berdiam diri di rumah dan menjalankan ibadah serta pekerjaan dari rumah, mengakibatkan jalanan menjadi sepi, pasar sepi, pabrik-pabrik tutup, toko tutup, warung sepi, dan mobilitas sosial makin terbatas.
Hal tersebut sudah barang tentu menjadikan polusi udara teratasi, dan lapisan ozon semakin membaik, langit makin bening biru, sampah berkurang, dan udara makin segar. Saat bumi beristirahat seperti sakarang ini, mestinya menjadi momentum bagi kita untuk merenung, apakah ketika pandemi Covid-19 berakhir lalu alam yang sudah tenang seperti ini, akan tetap tenang dan membuat hidup kita lebih nyaman dan sehat ?
Semua kembali tergantung kepada kita sendiri. Jadi, sebenarnya Pandemi Covid-19 adalah pesan bahwa kita harus merubah dan memulai hidup dengan cara yang baru. Pandemi Covid-19 memberi pesan bahwa bumi dan manusia harus beristirahat agar kondisi lingkungan menjadi pulih. Menjadi tugas kita semua untuk saat ini, untuk merancang bagaimana pemulihan lingkungan terus terjaga meski Pandemi Covid-19 telah berakhir, nantinya.
Kita semua berharap, kesadaran kita dan seluruh masyarakat dapat meningkat sehingga kasus covid-19 di negeri tercinta ini dapat menurun drastis bahkan tuntas berbarengan dengan ibadah puasa kita di bulan Ramadhan yang penuh berkah ini, sehingga kita dapat merayakan Idul Fitri dengan penuh keberkahan dan kegembiraan di dunia dan akhirat. Wallahu a’lam bish shawab. Aamiin. (*)
Muhammad Rusli Prihatevy, SE
Anggota DPRD Kota Bogor