Gagasan yang Ditertawakan

0
39

Oleh : Afnan Hadikusumo

Dalam sebuah rapat yang dipimpin langsung oleh KHA. Dahlan, para pimpinan Bahagian (sekarang Majelis) Sekolahan, Bahagian Tablig, Bahagian Taman Pustaka, dan Bahagian Penolong Kesengsaraan Umum dengan agenda menyampaikan laporan dan gagasan dari masing-masing bahagian tersebut.

Para ketua bagian tersebut mulai menyampaikan gagasannya masing2, dimulai dari Bagian Sekolahan,Tablig, dan Pustaka, semua disambut pula dengan tepuk tangan dengan sangat meriah oleh peserta rapat.

Tiba giliran terakhir, KH. Syuja’ Ketua Bagian Penolong Kesengsaraan Umat menyampaikan gagasannya. Sebagai Ketua dia menyampaikan gagasan besarnya akan mendirikan Hospital, Armenhuis (rumah miskin) dan Weeshuis (rumah yatim).

Kontan usulan tersebut membuat heran para hadirin, dan bukan itu saja, merekapun tertawa terbahak-bahak. Sebab gagasan tersebut dianggap terlalu besar dan tidak seimbang dengan kemampuan, orang Jawa bilang “gegedhen empyak kurang cagak”.

Adapula yang beranggapan bahwa usulan tersebut adalah pekerjaan pemerintah, apakah Muhammadiyah akan menjadi pemerintah? Meskipun begitu, KHA Dahlan sebagai pimpinan sidang tidak tertawa tetapi mendengarkan dengan seksama.

Katika jam menunjukkan pukul 24.00 malam, dan rapat akan segera ditutup dengan Kyai Syuja’ menegaskan kembali tentang rencananya itu, dan mohon dukungan dari peserta rapat.

Sudah menjadi kebiasaan, bahwa gagasan-gagasan besar awalnya akan selalu mendapat cemoohan dan ejekan. Contohnya, Thomas Alfa Edison, orang mengenalnya hanya sebagai penemu lampu. Padahal dia juga pengusaha yang sukses lewat General Electric. Tapi untuk meraih kesuksesan itu dia harus mengalami perjalanan yang berliku.

Dia pernah tidak naik kelas, dan dianggap siswa paling bodoh di kelasnya serta selalu dibully oleh teman-temannya karena dianggap sebagai pecundang. Pada suatu hari, Thomas mendapat surat dari gurunya yang isinya, “Anak ini terlalu bodoh untuk dididik.” Di usia 7 tahun, Thomas tidak melanjutkan sekolahnya. Setelah dewasa, Thomas senang berkutat melakukan berbagai percobaan di laboratoriumnya. Hingga sampailah ia melakukan percobaan untuk menciptakan bola lampu.

Berbagai cara penelitian dan percobaannya untuk menciptakan sebuah lampu, tetapi selalu gagal. Kemudian terjadi kesalahan pada percobaannya yang membuat seluruh laboratoriumnya terbakar. Teman-temannya selalu mencemooh dan menertawakannya karena ia dianggap gila. Pun istrinya menyarankan agar Thomas berhenti dari idenya yang gila.

Thomas tidak pernah menyerah. Suatu ketika, ia berhasil menciptakan bola lampu pertamanya setelah ribuan kali gagal. Karena hobi utak-atiknya, dia berhasil menciptakan telegraf yang lebih canggih ketika bekerja sebagai operator telegraf. Dia lalu menciptakan penemuan terbesarnya: lampu listrik.

Steve Jobs, orang di balik kesuksesan Apple, sangat nakal saat remaja. Tapi dia juga kreatif. Kreativitasnya itu yang bikin dia sukses. Jobs pernah diolok-olok dan diremehkan ketika muncul dengan ide iPod-nya. Waktu itu Sony sedang berkibar dengan Walkman-nya. Tapi Jobs gak nyerah.

Dia ngotot iPod harus diproduksi karena beda dengan produk Sony. Hasilnya, iPod disukai banyak orang meski harganya relatif mahal. Walkman yang populer itu langsung tenggelam gara-gara iPod.

Dan masih banyak contoh yang lainnya. Intinya sebuah gagasan harus diperjuangkan dengan sekuat tenaga agar terwujud, pepatah Inggris manyatakan “Big think, start small, act now”. Itulah yang tertanam di benak Kyai Syuja’.

Klinik PKO pertama kali berdiri pada tanggal 15 Februari 1923 di kampung jagang Notoprajan, kemudian tahun 1928 klinik PKO berubah menjadi poliklinik yang berpindah tempat di Jln.Ngabean No.12 ( Sekarang jalan KHA Dahlan ). Menyewa rumah milik H. Mukri bin Nawawi. Kemudian tahun 1938 poliklinik PKO Muhammadiyah berpindah lokasi lagi di Jln. Ngabean No.20. Selanjutnya tahun 1970 status poliklinik PKO Muhammadiyah berubah menjadi Rumah Sakit hingga saat ini. Pada tahun 1980-an nama PKO berubah menjadi PKU (Pembina Kesejahteraan Umat).

Saat ini persyarikatan mempunyai 105 RS dengan 8082 bed tersebar di 17 propinsi dan 204 klinik (database MPKU 2017). Perkiraan pendapatan secara total beskisar di angka Rp 5-6 Trilun per tahun

Kadangkala orang hanya melihat sesuatu dari hasilnya, bukan prosesnya. Bahkan mengabaikan bahwa Itu semua berawal dari gagasan yang ditertawakan. (*)