Menggembirakan Ramadan dan Menjaga Kualitas Ibadah di Tengah Pandemi

0
32
Asep Saepudin

Selama ini kita menyaksikan kebanyakan umat Islam, bahkan kita turut antusias berada di dalamnya. Keumuman orang memaknai menyambut bulan suci ramadhan secara riang gembira adalah dengan kegiatan seremonial seperti halnya mengadakan pawai arak-arakan mengitari jalan dan gang-gang baik di perkotaan hingga di kampung-kampung dengan membawa selebaran, poster, spanduk dan bentuk lainnya yang berisi seruan atau ajakan untuk menjaga kesucian dan sakralitas bulan ramadhan. Ada juga dengan mengadakan berbagai festival, bazar, hingga berbagi jenis perlombaan keagamaan.

Berbagai kegiatan tersebut dikemas sedemikian rupa agar tampak semarak dan menarik. Yang kesemua itu dimaksudkan dalam rangka menyambut bulan suci ramadhan.

Seorang muslim bergembira dengan akan datangnya bulan ramadhan. Ibarat akan menyambut tamu agung yang ia nanti-nantikan, maka ia persiapkan segalanya dan tentu hati menjadi sangat senang tamu ramadhan akan datang. Tentu lebih senang lagi jika ia menjumpai ramadhan.

Di ramadhan tahun ini, geliat tradisi dan ritual ibadah di beberapa peloksok pedesaan tampak seperti sediakala, seolah tidak terpengaruh oleh ramainya pemberitaan Covid-19. Sehingga kegiatan ibadah berjalan normal-normal saja.

Bahkan sholat tarawih berjamaah di hari pertama terlihat penuh sesak hingga membanjiri emperan dan pelataran masjid dan musholah.

Hal ini terjadi entah karena masyarakat yang abai terhadap pemberlakuan phisical distancing dan penerapan PSBB yang ditetapkan pemerintah sebagai upaya pengendalian penyebaran Covid-19 atau karena memang semangat dan ghiroh keimanan yang begitu tinggi dari masyarakatnya sehingga tidak kaku dan khawatir untuk berjamaah dan berkumpul.

Mungkin masyarakat akan merasa lebih khawatir terhadap keadaan ekonomi yang terhambat dan ladang usaha yang hilang. Sementara tuntutan hidup dan pemenuhan kebutuhan pokok sehari-hari harus tetap terpenuhi.

Berbanding terbalik dengan suasana ramadhan daerah perkotaan yang masyarakatnya sudah peka informasi dan tanggap terhadap keadaan yang saat ini terjadi. Keadaan yang digambarkan di atas tidak tampak sesemarak tahun lalu.

Namun juga bukan berarti menunjukan suasana yang hening dan sepi dari aktivitas, baik kegiatan ritual ibadah keagamaan maupun aktivitas keduniawian. Bahkan ada yang tampak lebih ramai dari biasanya.

Ya, masyarakat setiap saat disuguhi informasi laju perkembangan Covid-19 yang begitu mengerikan dibuatnya. Data demi data setiap saat berubah dan masih menunjukan grafik kenaiakan.
Data tersebut entah bisa dipercaya atau tidak akurasinya, karena sampai detik ini tidak ada rapid tes yang diselenggarakan secara masiv dan menyeluruh kepada semua masyarakat untuk memastikan data yang sesungguhnya sesuai fakta di lapangan.
Namun demikian, data tersebut sangat berpengaruh besar terhadap psikologis masyarakat.

Hakikat menggembirakan sebagai bentuk suka cita akan datangnya bulan ramadhan, bulan yang mulia yang penuh keagungan dan keutamaan di tengah-tengah umat muslim adalah mengikuti apa yang sudah dicontohkan oleh Rasulullah sholallahu ‘alaihi wassalam. Bulan ini merupakan bulan yang penuh keutamaan. Allah melipatgandakan pahala di dalamnya, pintu-pintu kebaikan dibuka bagi para pencarinya, bulan yang penuh kebaikan dan berkah serta Al-Qur’an yang mulia diturunkan di dalamnya.

Diantara keutamaan bulan ini adalah sebagaimana yang dikabarkan oleh Nabi yang mulia, belau bersabda “Jika datang bulan ramadhan, maka akan dibukakan pintu-pintu surga, ditutup pintu-pintu neraka dan syaithon-syaithon dibelenggu”. (Muttafak ‘Alaih)
Dibukakan pintu surga dikarenakan di bulan ini banyak amal-amal sholeh yang dikerjakan kaum muslim. Ditutup pintu neraka karena seyogyanya di bulan ini lebih ketat dan berhati-hati dari perbuatan dosa dan maksiat. Sehingga syaithon terbelenggu dari menggoda ahlul iman. Namun bukan berarti syaithon berhenti menggoda manusia.

Dalam hadits lain, nabi bersabda, “Telah datang kepada kalian ramadhan, bulan yang penuh berkah. Allah wajibkan kepada kalian puasa di bulan ini. Di bulan ini, akan dibukakan pintu-pintu langit, dan ditutup pintu-pintu neraka, serta setan-setan akan dibelenggu. Demi Allah, di bulan ini terdapat satu malam yang lebih baik dari pada 1000 bulan. Siapa yang terhalangi untuk mendulang banyak pahala di malam itu, berarti dia terhalangi mendapatkan kebaikan”. (HR. Ahmad, Nasai 2106, dan dishahihkan Syuaib al-Arnauth).
Syaikh Abdullah al-Fauzan mengatakan, “Dalam hadits ini terdapat kabar gembira bagi para hamba Allah yang sholeh dengan datangnya bulan ramadhan yang diberkahi. Karena Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyampaikan kepada para sahabat akan kedatangan ramadhan. Dan ini bukan hanya berita semata, namun maknanya adalah kabar gembira bagi mereka dengan adanya masa yang agung, yang selayaknya dimuliakan oleh orang-orang shaleh yang menyisingkan lengan untuk beramal. Karena beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam menjelaskan bahwa di bulan ramadhan, Allah telah siapkan banyak kebaikan bagi para hamba-Nya, berupa sebab untuk menggapai ampunan dan ridha-Nya. Sebab ini banyak sekali. Karena itu, siapa yang tidak mendapatkan ampunan di bulan ramadhan, berarti dia telah diharamkan untuk mendapatkan banyak kebaikan”. (Ahadits Shiyam, Ahkam wa Adab, keterengan hadis ketiga).
Hendaknya seorang muslim khawatir kepada dirinya jika tidak ada perasaan gembira akan datangnya ramadhan. Ia merasa biasa-biasa saja dan tidak ada yang istimewa. Bisa jadi ia terluput dari kebaikan yang banyak. Karena ini adalah karunia dari Allah dan seorang muslim harus bergembira. Sebagaimana Allah telah berfirman, “Katakanlah: ‘Dengan kurnia Allah dan rahmat-Nya, hendaklah dengan itu mereka bergembira. Kurnia Allah dan rahmat-Nya itu adalah lebih baik dari apa yang mereka kumpulkan” (QS. Yunus [10]: 58).
Para ulama dan orang shalih sangat merindukan dan berbahagia jika ramadhan akan datang. Ibnu Rajab Al-Hambali berkata, “Sebagian salaf berkata, ‘Dahulu mereka (para salaf) berdoa kepada Allah selama enam bulan agar mereka dipertemukan lagi dengan ramadhan. Kemudian mereka juga berdoa selama enam bulan agar Allah menerima (amal-amal shalih di ramadhan yang lalu) mereka”.
Kegembiraan tersebut adalah karena banyaknya kemuliaan, keutamaan, dan berkah pada bulan ramadhan. Beribadah semakin nikmat dan lezatnya bermunajat kepada Allah.
Tentu ada bekal yang harus dipersiapkan dalam menyambut ramadhan. Karena tanpa bekal tersebut, bagaimana seseorang menyambut ramadhan dengan kegembiraan yang terarah, sesuai tuntunan syari’at. Diantar bekal tersebut adalah bekal ilmu, memperbanyak taubat dan banyak memohon kemudahan kepada Allah dalam menjalaninya.
Bekal ilmu teramat sangat penting, ilmu ini amat utama sekali agar ibadah kita menuai manfaat, berfaedah, dan tidak asal-asalan. ‘Umar bin ‘Abdul ‘Aziz berkata, “Barangsiapa yang beribadah kepada Allah tanpa ilmu, maka dia akan membuat banyak kerusakan daripada mendatangkan kebaikan.” (Al Amru bil Ma’ruf, hal. 15). Tidak tahu akan hukum puasa, bisa jadi puasa kita rusak. Tidak tahu apa saja hal-hal yang disunnahkan saat puasa, kita bisa kehilangan pahala yang banyak. Tidak tahu jika maksiat bisa mengurangi pahala puasa, kita bisa jadi hanya dapat lapar dan dahaga saja saat puasa.
Begitu pun dengan memperbanyak taubat, inilah yang dianjurkan oleh para ulama. Sebelum memasuki bulan ramadhan, perbanyaklah taubat dan istighfar. Semoga di bulan ramadhan ini, kita bisa menjadi lebih baik. Kejelekan dahulu hendaklah kita tinggalkan dan ganti dengan kebaikan di bulan ramadhan. Ingatlah bahwa syarat taubat yang dijelaskan oleh para ulama sebagaimana dinukil oleh Ibnu Katsir rahimahullah, “Menghindari dosa untuk saat ini. Menyesali dosa yang telah lalu. Bertekad tidak melakukannya lagi di masa akan datang. Lalu jika dosa tersebut berkaitan dengan hak sesama manusia, maka ia harus menyelesaikannya/mengembalikannya”. (Tafsir Al Qur’an Al ‘Azhim, 14:61). Inilah yang disebut dengan taubat nashuha, taubat yang tulus dan murni.
Yang berikutnya adalah dengan banyak memohon kepada Allah agar mendapatkan kemudahan melakukan ibadah di dalamnya. Kita harus pahami bahwa untuk mudah melakukan kebaikan di bulan ramadhan, itu semua atas kemudahan dari Allah. Jika kita terus pasrahkan pada diri sendiri, maka ibadah akan menjadi sulit untuk dijalani. Karena diri ini sebenarnya begitu lemah. Oleh karena itu, hendaklah kita banyak bergantung dan tawakkal pada Allah dalam menjalani ibadah di bulan ramadhan ini. Terus memohon doa kepada Allah agar kita mudah menjalankan berbagai bentuk ibadah baik shalat malam, ibadah puasa itu sendiri, banyak berderma, mengkhatamkan atau mengulang hafalan Qur’an dan kebaikan lainnya.
Majelis Ulama Indonesia telah memberikan arahannya tentang bangaimana seorang muslim menjalani ibadah ramadhan dalam kondisi pandemi Covid-19 ini. Di antaranya, beribadah dari rumah dan mengganti kebiasaan bersedekah langsung menjadi tidak langsung. “Kebiasaan sedekah buka puasa bersama dalam bentuk makanan, kita undang tetangga atau kita hadir dengan buka bersama, kita geser dan kita ganti dengan cara mengirimkannya ke rumah, oleh petugas ke rumah-rumah masyarakat yang membutuhkan,” kata Asrorun Ni’am dalam konferensi persnya di Graha BNPB, Jakarta, Senin (13/4/2020).
Kebiasaan zakat disalurkan dalam bentuk langsung bisa digeser menjadi zakat ke lembaga-lembaga amil yang terpercaya secara online. Jika biasanya umat muslim memberikan zakat atau sedekah untuk membangun sarana dan prasarana masjid, ada baiknya sumbangan tersebut terlebih dahulu dialokasikan untuk penanganan Covid-19. Sebab, saat ini banyak masyarakat yang memerlukan bantuan karena terdampak oleh wabah Covid-19. Fokuskan alokasi zakat infaq dan sodaqoh untuk pemenuhan APD (alat pelindung diri) membantu saudara-saudara kita.
Selain sedekah dan zakat, umat muslim juga diimbau untuk melakukan pengajian secara online sebagai pengganti pengajian offline yang biasa dilakukan di masjid atau majelis taklim. Serta melakukan tadarus shalat Tarawih dan shalat malam di rumah masing-masing. Semua itu perlu ditaati agar penyebaran Covid-19 terhenti, namun kegiatan beribadah di bulan ramadhan tetap maksimal.
Alhamdulillah, ternyata betapa banyak kemudahan yang telah Allah anugerahkan kepada umat Islam untuk tetap menjalani ibadah ramadhan ini dengan penuh kekhusukan sekalipun dalam ruang linkup yang terbatas secara fisik. Tetaplah bersemangat menjalani ibadah ini di rumah masing-masing. Hindari kerumunan sekalipun atas nama ibadah. Ikuti protokoler pemerintah sebagai wujud ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.

Oleh: Asep Saepudin
* Sekretaris PKG-P3A Vinus
* Ketua Bidang Dakwah dan Kajian Keagamaan Pemuda Muhammadiyah Jawa Barat)