Belajar Online Hingga Desember, Siapkah?

0
43

Oleh: Nasywa Durrun A

Virus Corona atau severe acute respiratory syndrome coronavirus 2 (SARS-CoV-2) adalah virus yang menyerang sistem pernapasan. Penyakit karena infeksi virus ini disebut COVID-19.

Virus Corona bisa menyebabkan gangguan ringan pada sistem pernapasan, infeksi paru-paru yang berat, hingga kematian. Virus mengerikan ini memaksa orang untuk stay at home alias tinggal di rumah, senantiasa menjaga imun dan memaksa kita untuk selalu waspada dan hidup sehat menjaga imun.

Wabah Virus Corona mengejala di seluruh dunia ini, memberikan dampak yang signifikan dalam berbagai sektor kehidupan. Virus ini menyebabkan menganggu pada beberapa sektor, seperti, sektor ekonomi, sektor pertanian, sektor pariwisata, maupun sektor pendidikan.

Kebijakan Stay at Home khususnya sektor pendidikan, menyebabkan baik guru atau siswa, harus belajar dari rumah dengan metode Online atau daring.

Pembelajaran secara daring ini sudah dilaksanakan semenjak wabah virus ini merebak, sejak akhir Maret hingga saat ini siswa sudah belajar di rumah.

Kebijakan belajar di rumah ini bergulir hingga akhir Mei mendatang, Adapun rumor yang berkembang di masyarakat, bahwa pendidikan secara daring ini akan berlanjut hingga bulan Desember, untuk mengantisipasi kemungkinan pandemic corona di Indonesia, berlangsung hingga akhir tahun 2020.

Mengutip keterangan dari Dirjen PAUD Dikdasdikmen Hamid Muhammad saat dihubungi (Tribunnews,25/4/2020) mengatakan “Kami telah siapkan skenario jika covid-19 sampai akhir tahun, maka semua siswa belajar dari rumah selama satu semester penuh”, selanjutnya Hamid mengatakan, pelaksanaan belajar dari rumah akan terus berlangsung sampai pemerintah mencabut keadaan darurat Covid-19.

Ada dua skenario pelaksanaan belajar dari rumah di tanah air hingga akhir tahun ini. yaitu “skenario pertama, jika covid-19 berakhir akhir Juni, maka siswa masuk sekolah tahun pelajaran baru minggu ketiga Juli ” ucap Hamid, ”Sementara scenario kedua adalah jika Covid-19 berlangsung hingga September dan selebihnya maka masuk sekolah ditunda hingga akhir Desember,” Kebijakan dari dikdasdikmen ini terus melihat perkembangan wabah pandemic Corona di Indonesia, sebelum memutuskan membuka kembali sistem sekolah secara langsung.

Di sini penulis mencoba melakukan jejak pendapat pada sejumlah 50 siswa untuk menanggapi skenario kedua tersebut, yaitu belajar di rumah hingga bulan Desember secara daring.

Adapun hasil setelah diadakan jajak pendapat, diperoleh angka 22% dari seluruh siswa setuju apabila belajar di rumah secara daring hingga Desember, sedangkan 76% siswa lainnya tidak setuju, serta 2% mengatakan tidak tau.

Hal ini menandakan bahwa, pembelajaran tatap muka masih sangat dirindukan oleh siswa, pembelajaran daring tidak dapat menggantikan keberadaan guru dan interaksi antar teman serta susana sekolah.

Sebagian besar dari mereka mengatakan bosan, kesal, tidak fokus, bahkan tertekan karena cara dan sikap orang tua dalam membantu tugas yang diberikan secara daring. Sebagian kecil menyatakan setuju karena lokasi sekolah mereka yang jauh dan beberapa siswa nyaman berada di rumah karena merasa bebas dari aturan disiplin sekolah.

Adapun pendapat beberapa ahli menyatakan, diantaranya menurut Iwan FAGI Jabar, sudah mencoba jajak pendapat di beberapa media sosial tentang perpanjangan tahun pelajaran.

Pada umumnya, baik guru maupun masyarakat sepakat dengan perpajangan ini ketika pandemic virus Corona berlangsung berkelanjutan, dalam pelaksanaan perpanjangan semester genap, dari juli hingga Desember 2020.

Sebaiknya siswa tidak harus dibebankan dengan iuran sekolah. Untuk siswa tidak mampu, pemerintah harus memberi bantuan biaya personal untuk kepentingan pribadi selama sekolah daring.

Iwan menilai, perubahan tersebut perlu dipertimbangkan mengingat pelaksanaan belajar mengajar dengan cara daring hasilnya tidak maksimal, sehingga hasil pembelajaran yang didapat murid tidak maksimal pula.

Sedangkan menurut Ketua Lembaga Perlindungan Anak (LPAI) Seto Mulyadi mengungkapkan “Banyak anak-anak yang mengalami stres dan tertekan karena belajar daring.

Salah satunya adalah kadang di dalam cara orang tua menghadapi putra putri tercinta, para orang tua sekarang harus menjadi guru tiba-tiba di dalam rumah dan dalam menemani anak belajar kadang kurang bijak seperti halnya guru di sekolah” ujar Seto di kantor BNPB, (Pikiran Rakyat,25/4/2020)

Menyikapi hal ini, penulis berpendapat setuju dilaksanakannya pembelajaran secara daring hingga Desember, apabila wabah virus Corona terus berlanjut.

Karena mau tidak mau, suka tidak suka, siap tidak siap, tetap harus siap. Program tersebut merupakan salah satu cara pencegahan agar tidak meluasnya penyebaran virus Corona di Indonesia serta menjadi solusi untuk tetap belajar.

Namun pemerintah diharapkan mempunyai solusi agar dapat menutupi kekurangan dari pembelajaran menggunakan metode daring ini. Pertama, dengan membagikan kuota gratis untuk para siswa dan guru sehingga siswa yang kurang mampu bisa terfasilitasi.

Kedua, para guru diharapkan dapat lebih kreatif dalam penyampaian materi pembelajaran daring kepada para siswa, bukan hanya memberi tugas saja tanpa menjelaskan materi yang ditugaskan terlebih dahulu.

Ketiga, siswa diharapkan dapat mematuhi aturan main dalam pembelajaran daring, formalisasi dalam pembelajaran daring perlu dipatuhi, bukan sebaliknya, seakan pembelajaran daring ini diadakan sebagai ajang berlibur ria keluar kota atau bebas melaksanakan tugas semaunya. Keempat, untuk orangtua agar dapat berlaku bijak dengan memberikan motivasi dan arahan belajar pada putra putrinya.

Wabah virus Corona ini merupakan salah satu musibah dan ujian yang diberikan Allah SWT kepada kita semua. Maka dari itu , hendaklah kita berdoa, bertawakal dan berserah diri kepada Allah SWT agar bisa melewati semua ini.

Dengan tetap semangat melaksanakan pembelajaran di rumah secara daring. Tak lupa kita juga harus berikhtiyar (berusaha), agar virus yang meneror dunia ini akan cepat usai. Aamiin. Terimakasih.