Skenario Kehidupan Baru yang Berbeda

0
41

Elpa Hermawan, S.I.Kom, M.M
Dosen Komunikasi Universitas Bina Sarana Informatika

Ancaman kesehatan baik pada masa pandemi maupun pasca pandemi virus corona masih akan terus menghantui masyarakat dunia. Penyebaran Covid-19 seakan tidak bisa diputus karena proses mutasinya yang begitu cepat sehingga menyebabkan manusia kesulitan membuat vaksin maupun obat anti virus.

Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) memperingatkan bahwa virus corona SARS-CoV-2 penyebab Covid-19 mungkin tak akan pernah hilang, meski nanti ada vaksin. Kalau pun kedepan sudah ada vaksin untuk melawan Covid-19, itu berfungsi untuk mengendalikan virus. Bukan untuk menghilangkan virus dari muka bumi.

Maka mulai diserukan upaya besar-besaran untuk mengatasi virus yang bermula di Wuhan, Tiongkok itu, karena penyakit ini bisa menjadi masalah yang panjang atau tidak jika tak ada usaha untuk memulai kehidupan tatanan kehidupan baru yang berbeda.

Masyarakat pun harus mulai siap mengantisipasi lebih dini skenario the new normal atau kehidupan setelah wabah Covid-19 ini di segala aspek. Hal yang bisa dilakukan oleh masyarakat saat ini adalah mempersiapkan diri atau memulai menyusun tatanan dunia baru bersama Covid-19.

Dengan target bukan memberantas virus melainkan menekan jumlah orang yang terinfeksi bersamaan serendah mungkin. Namun ini jelas membutuhkan kontribusi seluruh elemen bangsa untuk mendukung Iangkah-langkah strategis pemerintah dalam menanggulangi pandemi virus corona dan hidup berdampingan dan berdamai dengannya.

Gugus Tugas Percepatan Pengendalian Covid-19 yang dibentuk Presiden RI, Joko Widodo pun punya pendapat yang sama bahwa Covid-19 akan menyertai kehidupan manusia dalam waktu yang lama.

Penanganan Covid-19 dari aspek kesehatan saat ini relatif bisa dikendalikan walaupun puncaknya belum bisa diprediksi. Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), social dan physical distancing, pola hidup bersih dan sehat.

Lalu bersihkan barang-barang yang dipegang banyak orang bergantian, selalu memakai masker saat keluar rumah, tak keluar rumah jika tidak mendesak dan penggunaan protokol kesehatan secara ketat dan disiplin di berbagai tempat umum berperan penting mencegah dan memutus mata rantai penularan.

Hidup berdampingan dengan Covid-19 bukan berarti menyerah dan menjadi pesimistis. Justru dari situlah menjadi titik tolak menuju tatanan kehidupan baru masyarakat untuk dapat beraktivitas kembali sambil tetap melawan ancaman Covid-19 dengan menerapkan protokol kesehatan secara ketat.

Perpaduan kepatuhan dan kesadaran masyarakat dalam menjalakankan protokol kesehatan sangat berdampak positif ke aspek ekonomi, sosial dan aspek lainnya dalam tatanan baru saat dan pasca pandemi Covid 19.

Penerapan pola hidup bersih dan sehat, kebiasaan cuci tangan pakai sabun dengan air mengalir, terbiasa menggunakan masker, jaga jarak tetap harus dilakukan di berbagai bidang dan semua tempat tempat berkumpulnya banyak orang seperti lingkungan kerja kantor dan pabrik, lingkungan keagamaan, pasar, mal, transportasi darat, laut, udara dan lingkungan lainnya harus dibuat detail dan jadi pegangan bersama.

Tentunya untuk mengubah perilaku baru ini perlu adanya program sosialisasi yang baru agar banyak pihak tidak menilai berat demi kebaikan bersama. Perlu diingat bahwa perilaku baru ini juga berguna untuk mencegah penularan penyakit-penyakit lain,” tegas Prof. Sutiman.

Protokol kesehatan dalam berbagai bidang ini harus dilakukan secara ketat dan disiplin untuk memastikan kepatuhan. Pihak aparat harus mengawasi semua tatanan baru yang sudah dihasilkan agar berjalan sesuai protokol sehingga pengendalian Covid-19 tetap terkendali dan berbagai aspek kehidupan bisa berjalan kembali.

Bisa jadi kemungkinan kehidupan normal seperti masa lalu yakni berkerumun, berkumpul-kumpul,
pergi ke restoran, kegiatan arisan, halal bihalal, atau yang lain, tidak seperti sedia kalanya lagi.
Wabah virus corona telah menyebar cepat ke lebih dari 213 negara dan hingga Minggu (17/5/2020) lebih dari 4,7 juta orang di seluruh dunia terinfeksi, banyak yang terbaring di rumah sakit, banyak juga yang sedang menjalani isolasi mandiri, dan lebih dari 300.000 orang diantaranya meninggal dunia akibat Covid-19. Namun banyak pula yang telah diberikan kesembuhan.

Guna mengatasi ini baiknya kebijakan seperti lockdown atau Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) jangan diperlonggar karena bisa memicu gelombang infeksi kedua. Masyarakat di negara mana pun harus memiliki tingkat kewaspadaan setinggi mungkin.

Positifnya, Presiden Joko Widodo (Jokowi) menegaskan belum akan melonggarkan kebijakan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB) yang berlaku di sejumlah daerah di Tanah Air. Namun Kepala Negara juga mengatakan pemerintah terus melakukan pemantauan berdasarkan data dan fakta di lapangan untuk menentukan periode terbaik bagi periode tahapan masyarakat kembali produktif, namun tetap aman dari Covid-19.

Meski demikian, realita di lapangan bahwa kerumunan orang kembali terjadi di sejumlah wilayah yang menerapkan PSBB, termasuk Jabodetabek. Meskipun belum ada pelonggaran aturan, sejumlah jalanan di ruas jalan terlihat banyak terjadi kemacetan bahkan kerumunan masyarakat di beberapa titik seperti pasar, toko dan pusat perdagangan yang menjajakan dagangannya kepada para pembeli.

Kesadaran masyarakat untuk mengikuti anjuran pemerintah atas bahaya pandemi Covid-19 termasuk kebijakan PSBB di berbagai daerah, terbilang mengendur dan kembali merendah.

Meski PSBB diberlakukan, kepadatan di dalam dan menuju pasar atau pusat perdagangan ramai terjadi transaksi antara penjual dan pembeli, bahkan masih ada warga nekat berkerumun serta berdesak-desakan saling bersentuhan satu dengan yang lainnya dimasa pandemi Covid-19 ini.

Namun kini petugas maupun aparat sudah mulai berani dan tegas dalam bertindak seperti menutup toko atau pasar yang melanggar. Bila sebelumnya hanya sosialisasi, menghimbau dan menegur, kini sudah terlihat memberikan sanksi tegas berupa sanksi sosial yakni kerja bersih-bersih, bahkan denda bagi masyarakat yang melanggar PSBB.

Sudah sepantasnya petugas aparat di berbagai daerah bisa bertindak tegas menerapkan protokol kesehatan pencegahan Covid-19 dengan mewajibkan para pedagang dan pembeli mengenakan masker sebelum masuk ke lokasi pasar dan menerapkan jaga jarak. Langkah ini untuk saling mengingatkan satu sama lain demi kebaikan bersama menyangkut keselamatan jiwa sendiri dan jiwa orang lain.

Tanpa upaya-upaya pencegahan dan penanganan yang serius, tidak dipungkiri pandemi Covid-19 ini akan terus merenggut korban. Belum ada yang tahu pasti, kapan “peperangan” global melawan Covid-19 ini akan berakhir.

Meningkatkan disiplin menjalankan protokol kesehatan dan patuh pada aturan PSBB merupakan kunci pencegahan agar tidak terlalu banyak orang masuk rumah sakit hingga melebihi kapasitas akibat Covid-19 ini.

Tugas masyarakat saat ini adalah mempersiapkan diri atau memulai menyusun tatanan dunia baru bersama Covid-19. Dengan target bukan memberantas virus melainkan menekan jumlah orang yang terinfeksi bersamaan serendah mungkin. (*)