Untuk angkatan pertama, lanjut dia, program guru penggerak terdiri atas perwakilan Indonesia bagian barat, tengah, dan timur; dari daerah non pilkada 2020; dan nondaerah 3T. Sebab, pelatihan lebih banyak dilakukan secara daring. Sasarannya, 50 calon guru penggerak per daerah.
Sementara itu, Kementerian Agama (Kemenag) terus membuat konten pembelajaran beragama yang moderat. Kemarin diperkenalkan buku modul moderasi beragama. ’’Ini buku suplemen. Untuk guru-guru di madrasah,’’ kata Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah Kemenag Ahmad Umar.
Dia menuturkan, buku modul tersebut terbagi menjadi dua. Pertama, buku modul untuk anak-anak RA (setingkat PAUD) sampai madrasah ibtidaiyah (MI). Yang kedua, buku modul untuk kelompok madrasah tsanawiyah (MTs) dan madrasah aliyah (MA).
Umar menegaskan, modul beragama moderat itu tidak berupa mata pelajaran khusus, tapi menjadi pegangan guru. Dia berharap guru mata pelajaran apa pun di madrasah memegang buku tersebut. ’’Jadi, guru mengajar apa pun harus ada muatan materi itu (moderasi beragama, Red),’’ jelasnya.
Kemenag berharap, dengan modul tersebut, guru bisa membekali siswa agar memiliki karakter keagamaan dan kebangsaan yang kuat. Para siswa memiliki jiwa toleransi tinggi, hidup gotong royong, saling membantu, serta menjaga dan menjalin persaudaraan.
Lalu, sikap santun, bijak, inovatif, kreatif, dan mandiri. Modul beragama moderat itu diharapkan diimplementasikan sejak awal tahun ajaran baru 13 Juli nanti.(jpc)