Bagi yang di luar Surabaya –yang tidak bisa menyentuh fisik Harian DI’s Way — rabalah pantat bayi. Seperti itulah sensasinya.
Secara teknis kertas seperti itu banyak mengandung kesulitan. Belum ada harian di Indonesia yang berani menggunakan jenis kertas ini. Misalnya ketika halaman depan Harian DI’s Way dibuat seperti itu. Blok warna hitamnya itu pekat dan dominan. Ternyata itu sangat menyulitkan untuk jenis kertas istimewa ini. Terlalu banyak tinta di halaman itu. Akibatnya sering lengket di peralatan mesin cetak.
Apalagi memang baru sekali ini mesin cetak yang sebenarnya modern itu mendapat ”jenis makanan” Eropa seperti ini. Masih belum terbiasa. Sedikit mules-mules.
Tapi kami tidak menyerah: Akan terus menggunakan kertas yang tidak lazim ini –untuk harian. Agar sesuai dengan kredo ‘ini bukan koran’. Bukan hanya itu. Juga ada alasan jangka panjangnya.
Kami yakin dalam satu-dua minggu percetakan sudah akan bisa mengatasinya. Ini memang seperti perawan. Harus dibiasakan dulu.
Penyebab lainnya: Semua penata halaman memang pemula. Anak-anak sangat muda. Belum pernah ada yang bekerja di koran. Bahkan tidak ada yang pernah berlangganan koran.
Tapi itu bukan alasan. Mereka bisa belajar dengan cepat. Tidak lama lagi mereka bisa mengatasi “semua masalah baru”. Mereka pembelajar yang cepat.