Para produsen dan peneliti juga diminta untuk tidak berhenti berinovasi. Sebab, setiap produk pasti memiliki kekurangan dan menuntut penyempurnaan dari waktu ke waktu.
Pada kesempatan yang sama, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (Menristek/BRIN) Bambang Brodjonegoro menjelaskan secara lebih detail mengenai RI-GHA Covid-19.
Alat itu buatan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi (BPPT) bersama dengan Universitas Gadjah Mada, Universitas Airlangga, Institut Teknologi Bandung, dan Universitas Mataram. Alat tersebut terbilang cepat dan praktis dalam penggunaannya. Hanya butuh waktu 15 menit untuk mengetahui hasil deteksi.
Mantan kepala Bappenas itu juga mengklaim bahwa alat buatan dalam negeri tersebut terbilang baik dari segi akurasi dan reliabilitasnya. Hal itu sudah dibuktikan melalui sejumlah pengujian yang dilakukan para peneliti.
Dia mengatakan, RI-GHA Covid-19 sudah melalui uji validasi skala laboratorium dengan hasil nilai sensitivitas untuk Immunoglobulin M-nya (IgM) 96,8 persen dan Immunoglobulin G (IgG) sebesar 74 persen.