Kurikulum jangan hanya berpegang pada pembelajaran melalui tatap muka virtual. Namun, juga harus mengakomodasi guru dan siswa yang tidak memiliki akses untuk melakukan tatap muka virtual.
’’Bagaimana dengan anak-anak yang tidak memiliki gawai, tidak ada jaringan internet masuk ke daerahnya, dan tidak ada jaringan listrik masuk ke daerahnya?” kata dia.
Bahkan, yang lebih parah apabila wilayahnya masuk zona merah. ”Jadi, kurikulum harus bisa mencakup dua kondisi tersebut. Itu yang kami minta,” lanjut guru SMA Labschool Jakarta itu. (jpg)