Bukan cuma itu, dia menyebut penantian panjang agar direalisasi dari usulan perbaikan bangunan yang mangkir sampai saat ini melengkapi kisah pilu SDN Tajur II.
Bahkan sebelumnya, kata dia melanjutkan, tak mendapatkan respon seperti ini telah terjadi sejak 2015 ketika pihaknya meminta perbaikan bangunan ruang kelas. “Hampir seluruhnya rusak. Sudah kami upayakan. 2015 kami buatkan syarat pengajuannya. Tapi nihil,” ujarnya.
Dia menggaris bawahi pengajuan sejak 2015 adalah usulan pembangunan rehabilitasi ruang kelas termasuk rusak berat dan sanitasi air bersih yang juga diperbarui kembali pada tahun ini.
Alasannya, lanjut dia, lantaran tak mendapatkan respon apapun terkait diterima atau tidaknya usulan tersebut. “Kami buatkan kembali. Mungkin sekolah dasar di Citeureup dengan kondisi seperti ini ya hanya kami saja,” lirihnya.
Sementara dia juga berharap tahun ini dan depan SDN Tajur II mendapatkan haknya. Sehingga anak – anak di timur kabupaten ini, sambungnya, dapat lebih layak pula menjalani proses pembentukan karakter sejak dini. “Kami sangat berharap agar dapat direalisasikan. Ini sudah terlalu lama dibiarkan,” tandasnya.
Sementara, Kepala Seksi Sarpras SD Disdik Kabupaten Bogor, Deddy Syarifudin mengungkapkan pihaknya tidak dapat berbuat apa-apa terkait realisasi usulan tersebut. Sebab, kata dia, pihaknya hanya sebagai eksekutor. “Jadi diusulkan dulu melalui pemerintah setempat. Misalnya di Musrenbang,” ungkapnya.
Belum lagi, dia mengaku, terkait hal seperti itu di situasi seperti sekarang ini kecil kemungkinannya dapat terealisasi. Ditambah, sambungnya, Disdik Kab. Bogor tak memiliki dana untuk yang satu ini. “Kalau kami tidak ada untuk yang ini,” singkatnya.(reg)