Ups… Tidak mudah. Kasim tidak mau mengirim uang muka ke rekening pribadi seperti itu. Kasim minta yang rekening perusahaan. Rupanya Kasim khawatir terjadi penipuan. Galang belum punya nomor rekening perusahaan. Ia memang punya perusahaan tapi sangat kecil. Kali ini mau tidak mau perusahaan kecil itu harus punya rekening bank. Galang pun membuka rekening di Bank Muamalat.
Uang muka 30 persen pun dikirim. Seminggu kemudian baru bisa dicairkan. Kini Galang harus mencari arang. Tidak banyak. Hanya 2 kontainer 40 feet. Ia buka-buka internet. Ketemulah produsen arang di Jombang. Ia datangi orang itu. Terjadilah transaksi. Uang muka dari Kasim ia serahkan semua ke produsen arang itu. Masih ditambah seluruh uang tabungannya. Ludes.
Ketika tiba waktunya, arang yang dijanjikan tidak datang. Ketika ditanya, yang datang adalah alasan. Ditanya lagi alasan lagi. Alasan itu sampai mencapai seribu. Ketika Galang sedikit mengancam, si pemasok balik mengancam. Lebih galak. Setiap ditingkatkan ancaman itu galaknya juga naik.
Galang gagal mendapat kepercayaan dari luar negeri. Justru karena ia terlalu percaya pada orang lain. Galang tidak bisa lagi mencari pemasok lain. Ia sudah tidak punya uang. Rumahnya pun nunut di mertua-indah.
Ia infokan persoalan itu ke Kuwait. Galang mulai dicurigai –tidak beda dengan kasus penipuan sebelumnya. Apalagi janjinya untuk mencari pengganti tidak kunjung dapat. Enam bulan kemudian Galang punya firasat buruk. Kasim pasti akan mengadu ke kedutaan Indonesia di Kuwait.
Pagi itu Galang mencari nomor kontak kedutaan kita di Kuwait. Ia berhasil menghubungi atase perdagangan di sana: ibu Haimah Mukaromah. Galang menceritakan kegagalannya memenuhi janji dengan Kasim.