“Sementara kami hanya bisa memberikan uang pembinaan jauh lebih kecil dari uang pembinaan yang diberikan kepada para atlit dari daerah lain,” tuturnya.
“Karena uang pembinaan yang disertakan dari KONI kami gunakan untuk menjalankan program-program yang telah disusun bersama, bahkan karena kegiatan/program lebih banyak dibanding dengan Dana dari KONI terkadang Pengurus harus sampai mengeluarkan kocek sendiri hanya demi pembinaan dan kecintaan terhadap faerah” paparnya.
Ia merasa miris dengan kondisi ini, karena sampai sekarang tidak ada sentuhan magis yang biasanya bisa menahan atlet unggulan tersebut seolah-olah hanya harapan hampa. Karena harapan Pengcab kepada KONI untuk sinergis dalam pembinaan dan prestasi seolah bertepuk sebelah tangan dalam Implementasinya.
“Ribuan aksi dengan hasil seribu bukti belum bisa menjadi perhatian yang serius, sehingga harapan untuk menciptakan keharmonisan antara perjuangan dengan prestasi yang bisa membanggakan daerah belum dirasakan secara penuh, terutama bagi para putra daerah yang telah berjuang,” tuturnya.
Lebih lanjut, kata Wildan, biaya pembinana cabor dengan pembinaan atlet berprestasi merupakan hal yang berbeda tapi menjadi satu kebutuhan yang tidak bisa dipisahkan.
Pembinaan cabor akan berdampak dalam mencetak atlet binaan prestasi, dan pembinaan atlet prestasi untuk meningkatkan loyalitas dan penghargaan akan kebanggaan daerah yang dibela dalam olahraga bagi atlit yang berprestasi. Apalagi notabenenya atlet tersebut adalah atlet putra daerah asli.