Tidak ada jalan lain: teknologi harus turun tangan. Yakni teknologi monitoring. Yang Apps-nya sudah tersedia. Sudah bisa diakses. Yang bisa memonitor si wajib karantina tadi meninggalkan rumah atau tidak.
Saya tidak perlu menyebut nama siapa yang menciptakan Apps itu –siapa tahu ada yang alergi terhadap nama itu. Tapi Alghozi pun sekarang masih di Surabaya. Siap berjibaku membantu secara gratis.
Tentu jangan juga terlalu menakutkan. Yang wajib karantina itu tetap boleh keluar rumah. Misalnya untuk olahraga. Asal jangan bertemu orang, jangan meludah sembarangan dan jangan menyentuh benda yang biasa dipegang orang lain, seperti kursi di pinggir jalan.
Tentu lebih baik lagi kalau Wang wajib karantina itu dipasangi gelang pahlawan Covid-19. Mereka benar-benar pahlawan karena wani menyelamatkan diri dan orang lain dari tertular Covid-19.
Surabaya sudah menemukan peta jalan. Inilah salah satu cara membangun kepercayaan masyarakat. Angka penderita Covid-19 bisa naik drastis –untuk sementara– tapi masyarakat menjadi tahu kita akan ke mana. Surabaya sedang membangun kembali kepercayaan. Masih bisa. Kita adalah bangsa yang mudah percaya apa saja. (dahlan iskan)