Pemerintah Kanada memberikan dukungan pada perusahaan itu. Bahkan membolehkan menjalin kerja sama dengan lembaga riset milik pemerintah Kanada. Ketika ada wabah Ebola, CanSino aktif mengembangkan vaksin itu. Saat itulah mereka bertemu Jenderal Chen Wei, ahli mikrobiologi yang juga kepala pusat riset farmasi militer Tiongkok. Mereka pun bekerja sama.
Sebelum itu pun mereka sudah lama mengenal nama Chen Wei. Nama jenderal wanita ini amat harum. Juga heroik. Terutama saat terjangkit wabah SARS di Tiongkok. Kala itu Chen Wei melakukan riset sangat serius. Dia ingin menemukan vaksin anti-SARS. Dan dia berhasil.
Keberhasilan itu bukan tidak dramatik. Sangat-sangat dramatik. Chen Wei menjadikan anak lelaki satu-satunya sebagai objek uji coba vaksin yang dia temukan itu. Umur si anak masih 4 tahun.
Itu bukan karena Chen Wei tidak sayang anak. Tapi dia begitu yakin akan penemuannyi itu. Dia memastikan anaknyi tidak akan bermasalah.
Kalau tahun lalu di Tiongkok beredar film Wolf Warrior II yang sangat laris di bioskop-bioskop, inspirasinya dari perjalanan kepahlawanan Chen Wei itu. Kali ini, untuk vaksin anti-Covid-19 ini, Chen Wei merangkul CanSino. Sayangnya CanSino tidak bisa finish di Bandung. (dahlan iskan)