Tiongkok memang memerintahkan Konsulat Amerika itu untuk tutup dalam 72 jam. Itu sama dengan perintah penutupan Konsulat Tiongkok di Houston oleh Amerika sehari sebelumnya. Ny. Mullinax juga menulis di Weibo bahwa sebenarnya warga konsulat itu ingin memasang sebuah spanduk. Bunyinya: Terima Kasih Chengdu 1985-2020. Menurut rencana spanduk itu dipasang di tembok luar gedung konsulat.
Tapi spanduk itu tidak sempat dibuat. Semua orang terlalu sibuk dengan batas waktu 72 jam. Semua harus cepat-cepat berkemas. Gedung harus segera dikunci, Senin jam 10 pagi. “Hati saya akan selalu di sini,” tulis Ny. Mullinax.
Kepopuleran Ny Mullinax tidak lain karena resep-resep masakannyi. Dia bisa masak jenis masakan apa saja: Barat, India, Arab, Indonesia apalagi masakan Tionghoa.
Apa kiat masaknyi?
“Kreativitas dan fleksibilitas lebih penting dari otentik atau tidaknya masakan,” tulisnyi. Ny. Mullinax sebenarnyi ahli antropologi. Dia lahir di Taiwan. Mullinax pernah bertugas di Taiwan. Mullinax juga fasih berbahasa Mandarin. Apalagi setelah kawin dengan Zhuang Zu Yi. Yang memberinya anak laki-laki dua orang.
Ny Mullinax sebenarnyi ingin meneruskan keilmuannyi di bidang antropologi. Dia masuk S-3 antropologi di Boston. Dia pun sudah mulai siap-siap menulis desertasi untuk gelar doktornya.
Suatu hari dia lewat di kampus Cambridge School of Culinary Art. Terlihat olehnyi mahasiswa yang lagi praktik memasak. Hatinyi langsung tergugah. Panggilan asli dari dalam jiwanyi menggedor-gedor otaknyi. Dia pun ambil keputusan: batal jadi doktor antropologi. Dia pilih jadi chef!