Wakil Ketua Umum Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dr. Mohammad Adib Khumaidi menjelaskan ada dua hal yang disorot dalam kasus ini.
Pertama adalah sosok Hadi Pranoto itu sendiri yang mengaku profesor atau ahli mikrobiologi klinik, kemudian konten video tersebut dinilai membuat resah dan kebohongan publik.
“Upaya yang harus kami lakukan adalah kita berharap pemerintah atau aparat merespons. Kami bicara 2 hal ya, pertama yaitu terkait masalah person. Kualifikasi, kompetensi, kapasitas person yang menyampaikan informasi ini perlu dipertanyakan. Ini bukan masalah sederhana, bukan tidak mungkin ini masuk dalam ranah kebohongan publik,” tegasnya kepada JawaPos.com, Minggu (2/8/2020).
Menurut Adib, di kalangan dunia medis dan jaringan sesama dokter atau para ahli, nama Hadi Pranoto tidak dikenal sebagai profesor atau ahli. Tak ada namanya di dalam database IDI.
“Di antara teman-teman ahli mikrobiologi klinik itu mulai dari asosiasi, himpunan ahli mikrobiologi klinik, sampai organisasi campuran yang juga ada para ahli dan dokter di dalamnya bilang, tak ada nama beliau,” kata Adib.
Kemudian yang kedua adalah menyoroti masalah konten. Hadi Pranoto dalam video Anji menyebutkan, bahwa obat cairan antibodi yang ditemukannya bisa menyembuhkan dan mencegah Covid-19. Padahal hingga hari ini, Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) belum mengumumkan obat Covid-19 secara resmi.