Ternak lalat itu dia lakukan untuk mendapatkan telur lalat. Telur lalat itulah yang dia tebar di sampah yang dia kumpulkan dari pasar-pasar. Ia sangat senang mendapat sampah pasar buah. Buah busuk itu subur sekali untuk ditaburi telur lalat. Agar telur lalat itu menjadi belatung.
Sebelum berternak lalat itu, Mulyono beternak cacing. Sukses besar pula. Sampai bisa ekspor. Cacing ternyata juga sumber protein yang luar biasa bagusnya.
Sebelum beternak cacing Mulyono berternak ikan. Berbagai macam ikan ia kolamkan: gurami, nila, lele, sampai ikan hias.
Sebelumnya lagi Mulyono giat mengembangkan pabrik pupuk organik. Pupuk kompos. Sampai saat ini Mulyono memiliki 9 pabrik pupuk kompos. Termasuk yang di Wonogiri dan Lampung. Ia tidak akan tertarik mendirikan pabrik pupuk kompos kalau tidak terancam dipermalukan.
Yakni ketika awalnya Molyono jualan pupuk organik kecil-kecilan. Itulah pekerjaan pertama setelah lulus kuliah. Ketika ia masih sangat muda. Saat baru lulus dari UNS Solo. Di universitas itu Mulyono mengambil bidang studi MIPA Kimia.
Saat menjadi mahasiswa kimia itulah Mulyono mengetahui soal perlunya mengembangkan pupuk organik. Tapi ia belum punya modal. Yang ia punya adalah semangat. Mulyono pun kulakan pupuk ke pabrik. Untuk disalurkan ke para petani.