Lama-lama Mulyono punya banyak pelanggan. Sampai-sampai pabrik pupuk organik yang ada tidak bisa memenuhi permintaannya.
Mulyono sempat bingung. Ia sudah menerima pesanan. Tapi tidak bisa mendapatkan pupuk dalam jumlah yang cukup.
Itulah yang mendorong Mulyono membuat pabrik pupuk sendiri. Itulah pabrik pupuk organik yang pertama yang ia punya.
Sukses.
Bikin pabrik kedua.
Sukses lagi.
Bikin yang ketiga.
Lagi-lagi sukses.
Bikin yang keempat. Dan seterusnya.