Jalan Darat

0
49

Sampai di Brebes kondisinya  masih sama. Sampai di Cirebon masih sama. Tapi saya tetap harus mengucapkan terima kasih kepada Presiden Jokowi.

Mungkin juga sambil mengucapkan terima kasih kepada Presiden SBY. Di sektor ini di zaman Presiden SBY-lah terjadi penyelesaian kebuntuan. Yang saya sempat sewot: kenapa izin itu tidak dulu-dulu dicabut saja. Agar keesokan harinya BUMN bisa mengerjakannya.

Izin itu terlalu lama disandera pemegangnya. Tidak kunjung mau mengerjakan tapi juga tidak mau mengembalikan izin. Yang berwenang pun tidak mau mencabut –khawatir digugat ke pengadilan yang malah bisa lebih molor.

Sayang, saya bukan yang berwenang mencabut izin itu.

Akhirnya terjadilah transaksi. Izin itu harus dibeli. Enak banget pemilik izin itu. Jualan selembar kertas laku ratusan miliar rupiah.

Maka seandainya Presiden SBY dapat perpanjangan satu tahun masa jabatan jalan tol di sektor ini selesai juga.

Tapi ini memang rejeki Pak Jokowi.

Dari Cirebon ke Cikampek saya kembali bingung: harus berterima kasih kepada siapa. Mestinya kepada Pak SBY. Tapi baiklah saya berterima kasih kepada Pak Jokowi. Presiden Jokowi-lah yang meresmikan sektor Cirebon-Cikampek ini –hanya beberapa bulan setelah menjadi presiden.

Nah, setelah sampai di Cikampek saya harus kembali ingat kepada Pak Harto. Inilah jalan tol yang dibangun di zaman beliau. Yang diperlebar di zaman Bu Mega dan Pak SBY. Yang ditambah tol layang di zaman Pak Jokowi.

Begitu banyak Presiden yang harus diingat di sejarah jalan tol ini. Tapi saya juga maklum kalau banyak orang yang mengatakan Presiden Jokowi-lah yang membangun tol Surabaya-Jakarta.

Rejeki orang berbeda-beda. (dahlan iskan)