Si Sulung ini sebenarnya juga terkena Covid-19. Ia masuk rumah sakit bersamaan dengan si adik. Keduanya memang aktivis Yayasan Xianyou, perkumpulan asal usul kampung halaman nenek moyang di Tiongkok. Mereka sering rapat bersama. Makan-makan bersama. Nyanyi-nyanyi bersama.
Ketika si adik meninggal dunia ia tidak tahu.
Dua minggu kemudian si sulung membaik. Covid-19 nya sudah dinyatakan negatif. Tapi belum bisa keluar dari RS. Masih ada sakit yang lain.
Akhirnya si sulung ini meninggal dunia juga. Bukan karena Covid-19. Itulah sebabnya jenazahnya bisa disemayamkan di Adi Jasa. Sampai dengan meninggal dunia ia tidak tahu bahwa adiknya sudah mendahuluinya.
Dari mesong itu saya masih harus ke kantor Harian DI’s Way. Sampai habis magrib. Beberapa pekerjaan selesai.
Saya pun pergi ke acara ini: peresmian sebuah kafe. Yang lokasinya tidak jauh dari kebun bibit.
Yang membuat saya datang adalah pemilik kafe itu: Fuad Bernardi. Ia adalah anak laki-laki Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini. Nama kafenya unik: Cafe Historisma. Bisa banyak arti: bisa sebagai tempat bersejarah bagi Risma. Ada unsur ‘story’. Ada unsur ‘store’. Ada unsur ‘Risma’.