Ia mengambil contoh, Mendikbud Nadiem Makarim pernah menjadi sorotan usai Gojek dengan dompet digitalnya, GoPay, menjadi salah satu alternatif saluran pembayaran sumbangan pembinaan pendidikan (SPP). Nadiem diketahui merupakan pendiri dan mantan CEO Gojek.
Selain itu, kata Viktor, Nadiem juga menjadi sorotan lantaran polemik pelaksanaan Program Organisasi Penggerak (POP). Tiga organisasi besar, yaitu Muhammadiyah, Nahdlatul Ulama, dan Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI), memutuskan keluar dari POP.
Salah satu yang menjadi alasan ketiganya memutuskan keluar dari POP adalah proses seleksi yang tidak transparan. Ditambah lagi, adanya Putera Sampoerna Foundation dan Tanoto Foundation tercatat masuk daftar organisasi POP.
Menurutnya, pertaruhan Nadiem sebenarnya bukan dalam memperjuangkan sehingga dana atau anggaran itu ada, namun lebih kepada bagaimana dana bantuan ini benar-benar bisa bermanfaat sampai ke tujuan dan tidak melanggar ketentuan yang ada.
“Jadi jangan sampai ada penyalahgunaan wewenang nantinya dalam penyaluran anggaran Rp 9 triliun ini. Kita semua harus ikut mengawasi,” ujarnya.
Ia menambahkan hal lain yang sebetulnya perlu disampaikan adalah persoalan pembelajaran daring ini sebenarnya bukan hanya soal pulsa. Karena, program bantuan ini tentu hanya akan lebih banyak membantu persoalan masyarakat perkotaan.