Menristek Tegaskan Belum Ada Bukti Mutasi Covid-19 Penularannya 10 Kali Lipat

0
28
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro. (Dery Ridwansah/ JawaPos.com)
Menteri Riset dan Teknologi (Menristek)/Kepala Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) Bambang Brodjonegoro. (Dery Ridwansah/ JawaPos.com)

JAKARTA-RADAR BOGOR, Mutasi virus SARS-CoV-2 D614G disebutkan bahwa penularannya lebih cepat 10 kali lipat dibandingkan dengan virus awal yang berada di Wuhan, Tiongkok. Perjalanan mutasi tersebut pun diperkirakan membuat penularan akan semakin parah dari sebelumnya.

Namun, Menteri Riset dan Teknologi/Kepala Badan Riset Inovasi Nasional (Menristek/Kepala BRIN) Bambang Brodjonegoro mengatakan bahwa hal tersebut belum ada bukti ilmiahnya.

“Presiden GISAID (bank data virus dan influenza) yang melakukan analisa pada virus SARS-CoV-2 ini dan disampaikan bahwa tidak ada bukti atau belum ada bukti bahwa virus ini lebih ganas dan lebih berbahaya, belum ada bukti yang menyatakan bahwa mutasi ini lebih ganas dan berbahaya,” jelasnya dalam telekonferensi pers, Rabu (2/9).

Bambang pun menjelaskan bahwa pada intinya, mutasi ini sama dengan virus Covid-19 yang dialami selama ini. Data GISAID juga menunjukkan bahwa 78 persen negara virusnya telah bermutasi menjadi D614G.

Hal ini, kata dia juga tidak akan mempengaruhi pengembangan vaksin yang ada di seluruh dunia. “Pengaruhnya pada intinya tidak akan mengganggu upaya pengembangan vaksin, karena mutasi ini tidak merubah struktur maupun fungsi dari receptor-binding domain (RBD) yang merupakan bagian dari virus yang dijadikan target vaksin. Upaya pengembangan Vaksin Merah Putih maupun yang di luar tidak akan terganggu dengan keberadaan mutasi,” ucapnya.

Saat ini, pengembangan vaksin yang dilakukan oleh Lembaga Eijkman telah mencapai angka 40 persen. Harapannya, dengan Vaksin Merah Putih ini akan membuat Indonesia lebih mandiri.