“Pasien yang ringan bisa ditangani dokter umum. Dokter spesialis terbatas. Mereka perlu istirahat. Jangan karena pekerjaan menumpuk begitu banyak. Mereka lupa disiplin diri, lemah dan menjadi korban,” katanya.
Bicara soal dokter spesialis, kata dia, Indonesia kekurangan dokter spesialis paru. Jumlahnya sangat sedikit.
“Kita nggak bisa produksi dokter spesialis dalam 1-2 bulan. Butuh jangka panjang. Pendidikan spesialis bisa diberdayakan itupun masih kurang. Kita nggak bisa gunakan mesin layani pasien. Alat-alat bisa kita impor, obat bisa kita datangkan, kalau SDM? Semua tenaga dunia juga sibuk hadapi pandemi,” katanya.
Dengan kondisi seperti ini, Hasbullah menyebut DKI Jakarta sudah darurat. Sebab ruang ICU sudah terisi 77 persen. “(77 persen) Itu sudah kritis. DKI sudah darurat. Betul-betul harus melakukan kampanye massal besar-besaran. Jaga jarak. Kalau perlu harus mulai jam malam. Depok dan Bogor sudah mulai,” tegasnya.
“Ini lebih parah dari awal-awalnya saat PSBB dijaga. Sekarang sudah 1.000 kasus per 10 juta penduduk berarti sudah ada kasus 100 per sejuta penduduk,” jelasnya.
Dia mendorong solusi tercepat harus dipikirkan Pemprov DKI Jakarta. Yakni dengan menyulap berbagai ruang karantina khusus seperti apartemen kosong dan hotel untuk lokasi karantina pasien Covid-19.
“Banyak apartemen kosong. Hotel juga banyak yang tak optimal okupansinya. Segera kontrak oleh Pemda. Harus siap-siap membuka cadangan lokasi karantina,” tegasnya. (jpg)