Untungnya Budi lulus terbaik di SMA Blitar. Ia diterima di tiga fakultas kedokteran sekaligus: Airlangga, UI, dan UGM. Tentu ia memilih Airlangga –di zaman itu Airlanggalah Fakultas Kedokteran terbaik di Indonesia.
Akibatnya ia harus dinunutkan (ngenger) di salah satu famili di Surabaya. Yang rumahnya sekitar 10 Km dari Airlangga.
Tidak ada pembantu di rumah itu. Budi-lah pembantu itu. Ia sangat emosional kalau bercerita masa-masa ngenger–nya itu.
Memang makan dan tidur gratis. Tapi jam 4 pagi harus bangun untuk mengisi bak air, menyapu, ngepel, mempersiapkan anak-anak di keluarga itu untuk sekolah.
Makan malam pun baru bisa dilakukan hampir tengah malam. Setelah tuan rumah selesai makan malam. Ini keluarga Jawa. Yang sopan-santun harus dijaga. Termasuk waktu untuk makan.
“Dan mereka itu kalau makan malam lama sekali,” ceritanya. Mungkin saja makan selama satu jam pun terasa lima jam dalam suasana seperti itu.