Perkembangan ekonomi dunia masih anemia, suram. Hanya sedikit ada tanda-tanda menggeliatnya sektor pelesir dan perjalanan internasional.
Kita mengalami sebuah bencana besar, terjadinya penurunan jumlah penumpang sampai 99,5 persen di empat bulan pertama tahun ini. Sampai hari ini Singapore Airlines hanya mengoperasikan pesawat 8 persen dari jumlah pesawatnya, dibanding masa sebelum Covid-19. Perkiraan kita tidak akan sampai 50 persen kalau dihitung satu tahun fiskal ini.
Sementara ini, perkiraan keadaan mengatakan situasi perjalanan udara justru semakin buruk. Dan diperkirakan perbaikan di bidang perjalanan udara belum akan pulih sampai tahun 2024.
Secara relatif, dibanding dengan umumnya perusahaan penerbangan di dunia, posisi Singapore Airlines Group justru lebih rentan. Itu karena kita tidak memiliki pasar domestik, yang bagi banyak negara lain itu bisa jadi pengungkit untuk memulihkan keadaan.
Harapan bahwa jalan menuju pemulihan begitu panjang dan berat serta tidak menentu itu membuat kita sampai pada keputusan yang menyakitkan untuk mengurangi karyawan lewat cara yang tidak sukarela lagi.
Kita perlu mengurangi sekitar 4.300 posisi di semua perusahaan Singapore Airlines, Silk Air, dan Scoot di Singapura dan di luar negeri. Kita juga membekukan penerimaan karyawan baru mulai 2020 ini. Kita juga tidak mengisi kekosongan yang ditinggalkan mereka yang pensiun atau mengundurkan diri.