Alex sangat mencintai Bethany dan umatnya. Pun ketika sudah tersingkir dari situ. Kebesaran Alex adalah kebesaran Bethany. Kebesaran Bethany adalah kebesaran Alex.
Alex, menurut orang terdekatnya, sangat merana tersingkir dari Bethany. Sangat kesepian. Sangat sendirian.
Tapi Alex tidak bisa untuk tidak melayani Tuhan. Itu adalah hidupnya. Itu adalah darah dagingnya. Dan itu adalah sumpahnya: untuk sepenuhnya melayani Tuhan seumur hidupnya. Terutama setelah kejadian tahun 1965, ketika ia berumur 18 tahun. Ketika mobil Mini Cooper-nya menabrak anak kecil di dekat Mojokerto, tempat kelahirannya.
Alex mencari jalan lain untuk bisa tetap melayani Tuhan. Bersama Elke Widjanarko dan tim doanya, Alex memilih mendirikan Alex’s Ministerial. Yang bisa melayani semua gereja. Yang tidak memihak ke salah satu gereja.
Beberapa kali Alex meminta pengacaranya untuk membuatkan dokumen testamen harta waris itu. Agar masa depan Alex’s Ministerial terjamin. Agar Alex tetap bisa melayani Tuhan pun setelah ia meninggal dunia.
Tapi sang pengacara menyarankan untuk tidak perlu membuat langkah seperti itu. Setiap kali ketemu pengacara itu Alex mengingatkan perlunya dokumen itu. Alex mengemukakan alasan bagaimana Alex’s Ministerial bisa terus hidup kalau tidak diberi modal.