Jangan Sekali-kali Menyederhanakan Kurikulum Sejarah !

0
39

RADAR BOGOR, Jangan Sekali-kali Meninggalkan Sejarah atau disingkat “Jasmerah” adalah semboyan yang terkenal yang diucapkan oleh Soekarno, dalam pidatonya yang terakhir pada Hari Ulang Tahun (HUT) Republik Indonesia tanggal 17 Agustus 1966.

Sejarah bukan sekadar melahirkan ceritera dari kejadian masa lalu sebagai masalah, tapi sejarah mengandung banyak hikmah dan pelajaran bagi kita di masa kini dan masa yang akan datang. Sejarah Perjuangan bangsa yang sangat heroik, sarat dengan nilai-nilai luhur karakter para pahlawan, pejuang dan pendiri bangsa sangat berharga dan bermakna untuk dipelajari dan dijadikan suri tauladan.

Termasuk pula sejarah dan sepak terjang para pengkhianat bangsa, para pelakon yang berfaham sesat dan menyesatkan, yang bertindak kejam, bengis dan haus kekuasaan harus juga dipelajari agar tidak berulang kembali di negeri yang kita cintai ini.

Sejarah sangat penting untuk membangun karater anak bangsa agar siap dan lebih kuat memikul beban untuk bertahan dalam kondisi sulit dan berinteraksi dalam kancah global. Sejarah mengajarkan kepada kita untuk terbebas dari ancaman penjajahan fisik, ekonomi, budaya ataupun penjajahan pemikiran dan pemahaman yang bertentangan dengan Pancasila.

Sungguh aneh, kalau kemudian ada wacana ingin ‘menumpulkan’ mata pelajaran sejarah dalam kurikulum Pendidikan nasional. Dalam materi “Sosialisasi Penyederhanaan Kurikulum dan Asesmen Nasional’ oleh Pusat Kurikulum & Perbukuan Kemendikbud bertanggal 25 Agustus, mata pelajaran Sejarah Indonesia hilang.

Meskipun ini baru draft, lagi-lagi Kemendikbud telah membuat gaduh. Tentu saja banyak fihak yang mempertanyakan, apa benar kemendikbud akan menyederhanakan atau bahkan menghilangkan sejarah dari sekolah-sekolah kita? Apa motif dihilangkannya mata pelajaran Sejarah ini, apakah hanya karena alasan teknis penyederhanaan, atau ada maksud-maksud lain yang terselip?