Zulfikri mengatakan dengan melihat kondisi geografis yang sangat sulit, serta dengan gradien yang sangat tinggi, maka saat ini untuk segmen ketiga pihaknya masih melakukan studi trase. Diharapkan tahun 2022 segmen ketiga akan dimulai pembangunannya.
“Mengingat kondisi geografisnya sangat sulit dan gradien tinggi, kami masih mencari studi untuk cari data yang efisien dalam pembangunannya,” ujar Zulfikri.
Dengan pengopersian jalur ini, Zulfikri mengatakan akan ada peningkatan kapasitas lintas kereta api dari yang semula hanya 3 perjalanan menjadi 7 perjalanan. Dengan begitu waktu tempuh KA Cipatat – Sukabumi atau sebaliknya menjadi hanya 2,5 jam. “Itu sekitar 30 menit lebih cepat dari moda transportasi darat mobil atau bus,” ungkap Zulfikri.
Untuk anggarannya sendiri jalur Ciranjang-Cipatat ini menghabiskan anggaran APBN Tahun 2019 sebesar Rp 118 miliar. Digunakan untuk beberapa pekerjaan, antara lain peningkatan jalur dengan penggantian Rel KA R.33 menjadi Rel R.54 dan juga normalisasi badan jalan.
“Manfaat yang diperoleh dari hasil pembangunan ini antara lain peningkatan keselamatan dan kenyamanan, peningkatan aksesibilitas dan mobilitas, serta memperlancar roda perekonomian. Kita berharap dengan beroperasinya jalur ini mobilitas orang dan barang di sekitar wilayah ini jadi lebih mudah dan efisien,” ungkap Zulfikri.
Jalur ini juga diharapkan akan menjadi jalur alternatif kereta api dari Bogor ke Bandung. Masyarakat Bogor tidak perlu ke Jakarta jika mau ke Bandung dengan moda kereta api, karena bisa melalui jalur ini. (dtk/ysp)