Setidaknya ada sekitar 2 ribu orang yang telah mengajukan diri. Pihaknya telah melakukan skrining awal pada 1.447 orang. Dari jumlah tersebut, 1.089 orang sudah menerima penyuntikan pertama, 650 orang mendapat penyuntikan kedua, dan 110 orang telah diambil darahnya 14 hari sesudah penyuntikan kedua.
Rencananya, pekan depan tim melakukan penyaringan kembali pada 162 relawan lain dan memanggil 200 relawan untuk menjalani penyuntikan kedua. Sebagai informasi, para relawan uji klinis fase ketiga ini bakal mendapat dua kali suntikan dan menjalani tiga kali pengambilan darah.
Kusnandi mengungkapkan, dalam satu bulan proses uji klinis, belum ada laporan kejadian serius akibat vaksinasi. Kendati begitu, pihaknya akan terus melakukan pengawasan terhadap seluruh relawan. ”Kami akan pantau terus keamanan vaksin dan kejadian ikutan pascaimunisasi sampai enam bulan mendatang,” paparnya.
Melihat kondisi yang stabil, guru besar Fakultas Kedokteran Universitas Padjadjaran (Unpad) itu memprediksi hasil penelitian bisa didapat pada Januari 2021. Dengan begitu dapat digunakan Bio Farma untuk mengajukan emergency use authorization (EUA) ke BPOM.
Direktur Utama Bio Farma Honesti Basyir menargetkan laporan uji klinis bisa diserahkan BPOM pada awal Januari 2021. Dengan begitu, bisa langsung berlanjut ke proses produksi. ”Bio Farma akan mengajukan pendaftaran vaksin pada Januari 2021,” sambungnya.
Sambil menunggu uji klinis fase ketiga rampung, BPOM akan melakukan audit proses pengembangan dan produksi vaksin di fasilitas Sinovac di Beijing, Tiongkok. Rencananya, audit dilaksanakan pada awal November 2020. Hal itu dilakukan untuk menjaga dan menjamin kualitas vaksin Covid-19.