Bambang mengungkapkan, vaksin merah putih memiliki perbedaan jika dibandingkan dengan vaksin Sinovac dan Sinopharm. Sinovac dan Sinopharm memakai platform inactivated virus (virus yang dimatikan). Vaksin merah putih menggunakan platform protein rekombinan, DNA, dan RNA.
Selain itu, isolatnya merupakan virus yang bertransmisi di dalam negeri. ”Akhir tahun ini diharapkan pengembangan vaksin merah putih memasuki tahap uji praklinis,” tuturnya. Dengan begitu, pada triwulan I 2021, sudah dilakukan uji klinis tahap pertama.
Belum diketahui secara tepat seberapa lama daya tahan vaksin dalam tubuh. WHO hanya memprediksi vaksin Covid-19 ini bertahan selama 6 bulan hingga 2 tahun. Karena itu, vaksin merah putih dikembangkan sebagai upaya jangka menengah dan panjang untuk bisa memenuhi kebutuhan vaksin Indonesia di kemudian hari. ”Vaksinasi tidak hanya dilakukan untuk 2021. Sebab, vaksin Covid-19 bukan untuk kekebalan seumur hidup,” terangnya.
Masyarakat pun diharapkan dapat menerima vaksin Covid-19, baik yang dikembangkan di luar negeri maupun vaksin merah putih yang dikembangkan di dalam negeri.
Tim Konsorsium Riset dan Inovasi Covid-19 juga tengah melakukan penelitian tentang imunomodulator atau suplemen berbasis herbal. Bambang menyatakan bahwa uji klinis tahap I di Wisma Atlet telah rampung.
Pengembangannya turut dibantu Kalbe Farma. Saat ini pihaknya masih menunggu hasil pemeriksaan dari BPOM. ”Semoga kita bisa mendapatkan setidaknya satu jenis yang secara resmi bisa dikatakan sebagai suplemen Covid-19,” tuturnya.(jpc)