HARI-HARI ini bus listrik buatan dalam negeri mondar-mandir di kota Madiun, Jatim. Siapa saja boleh naik –keliling-keliling kota. Sejak jam 6 sore sampai jam 9 malam. Tiap hari.
Wali kota Madiun-lah, Maidi, yang minta itu. Ya, namanya hanya Maidi. Tapi menurut wartawan di Madiun, ia wali kota terbaik sejak zaman saya kecil.
Menghadapi nama yang hanya satu kata seperti Maidi, koran asing biasa memberi penjelasan kepada pembacanya: “seperti umum terjadi di Indonesia banyak orang hanya punya nama satu kata.” Maksudnya agar koran tidak disalahkan pembaca, dikira wartawannya malas mencari tahu siapa nama lengkapnya.
Nama lengkapnya ya Maidi itu. Ia orang Magetan yang jadi guru di Madiun. Prestasinya bagus. Lalu jadi pejabat struktural di dinas pendidikan Madiun. Lama-lama jadi kepala dinas pendidikan. Lalu naik lagi menjadi sekretaris kota. Di pilwakot lalu Maidi dicalonkan oleh Partai Demokrat. Berpasangan dengan wakil dari PDI-Perjuangan.
Terpilih.
Bus listrik itu memang bikinan Madiun. Karoserinya dari Malang. Motornya dari Tiongkok. Baterai dari Taiwan. Yang membuatnya: PT Industri Kereta Api (PT INKA) –satu-satunya industri kereta api di Indonesia.
Sebelum dites keliling kota berhari-hari, bus itu sudah dimasukkan ke jalan tol. Dari Madiun ke Nganjuk. Balik lagi. Tidak masalah. Jarak tempuhnya, satu kali colok listrik, 200 kilometer.