Dua Apel

0
49

KAMPANYE hitam juga luar biasa marak di negara semodern Amerika Serikat. Bahkan hitamnya sampai kelam. Pun melibatkan jaringan internasional –sampai ke Hongkong. Bos besar surat kabar Hongkong, Jimmy Lai, tiga hari terakhir ini sibuk mencuci tangan. “Saya tidak terlibat,” katanya seperti dikutip berbagai media internasional. Termasuk dikutip korannya sendiri, Harian Apel (冰果日报). Harian berbahasa Mandarin di Hongkong ini sudah bikin kejutan sejak didirikannya 1995. Juga harian pertama yang menggunakan nama buah untuk nama koran.

Akibatnya Capres Joe Biden jadi bulan-bulanan selama dua minggu menjelang Pemilu. Presiden Donald Trump pun, capres incumbent, terus menuduh Biden sebagai koruptor, ngobyek jabatan sampai politisi kotor –seolah  Trump sendiri bersih sekali.

Rupanya memang ada laporan intelijen setebal 64 halaman. Itu hasil ”penyelidikan” sebuah tim intelijen internasional. Yang menulis laporan itu Martin Aspen, berkebangsaan Swiss. Foto Martin Aspen pun dipasang di dokumen itu. Meyakinkan sekali.

Ternyata di balik laporan itu adalah Mark Simon.

Mark adalah sekretaris utama dan tangan kanan Jimmy Lai –konglomerat yang belakangan mendirikan Harian Apel. Mark inilah yang mengeluarkan biaya 10.000 dolar untuk melakukan penyelidikan politik itu. Terutama untuk mengumpulkan bahan apakah ada keterlibatan anak Capres Joe Biden, Hunter Biden, dalam proyek bisnis di Tiongkok.

Hasilnya adalah 64 halaman laporan yang ditulis oleh analis intelijen Swiss, Martin Aspen itu. Sedang uang USD 10.000 tadi diambil dari dana perusahaan milik Jimmy Lai.

“Mark mengambil uang itu tanpa sepengetahuan saya,” ujar Jimmy Lai. “Memang sulit membuat orang percaya bahwa saya tidak terkait. Tapi saya benar-benar tidak terlibat,” ujarnya.