Bahkan jika Trump tertinggal dari Biden dalam suara populer secara keseluruhan, hasil di negara bagian sebagai medan pertempuran yang akan menentukan pemenang di Electoral College bisa jadi terlalu dekat untuk diumumkan pada malam pemilihan.
Itu akan menciptakan celah bagi Trump dan Partai Republik untuk menggunakan kendali mereka atas banyak kendali kekuasaan untuk tetap berpegang pada Gedung Putih.
“Meski skenario mimpi buruk dari pertempuran pascapemilu yang berlarut-larut, salah satunya akan merusak demokrasi Amerika yang tidak dapat diperbaiki. Namun itu menyenangkan Partai Komunis Tiongkok,” katanya.
Tiongkok dinilai bisa mendapatkan keuntungan lebih jika Trump muncul sebagai pemenang dari pemilihan presiden. Meski pemerintahan Trump periode kedua akan semakin memperketat militer dan teknologi di sekitar Tiongkok, namun kelanjutan masa kepresidenannya dinilai akan tetap menjadi keuntungan bagi rezim Xi.
“Sebagai permulaan, mayoritas orang Amerika akan menganggap Trump sebagai presiden tidak sah jika dia kehilangan suara populer, seperti yang sekarang tampaknya sudah pasti. Lebih buruk lagi, negara itu bisa terjun ke dalam perang sipil politik jika Trump memenangkan masa jabatan kedua melalui penindasan pemilih besar-besaran,” tegas Pei.
Di satu sisi, kebijaksanaan konvensional menyatakan bahwa para pemimpin Tiongkok lebih memilih kemenangan Biden. Meski, Tiongkok nantinya mungkin akan menghadapi Barat yang lebih bersatu, pemerintahan Biden akan lebih dapat diprediksi dan terbuka untuk kerja sama tentang perubahan iklim dan kesehatan publik secara global.(jpc)