Menurut penelitian baru oleh universitas riset Aarhus University dan Aarhus University Hospital di Denmark, virus memiliki kemampuan untuk mencegah genomnya (materi genetiknya) dikenali. Penemuan ini dipublikasikan di EMBO Reports.
Di lain sisi, mereka yang telah sembuh dari Covid-19 tidak langsung memperoleh kekebalan. Para ilmuwan menemukan bahwa kekebalan virus corona hanya dapat bertahan beberapa bulan. Penelitian sebelumnya juga mengungkapkan penurunan antibodi pelindung.
Penelitian oleh Imperial College London memperkirakan hanya 4,4 persen orang dewasa yang memiliki kekebalan terhadap Covid-19. Untuk mendapatkan pemahaman mendalam tentang fenomena tersebut, para peneliti melihat sel kekebalan khusus, yang disebut makrofag alveolar (AM), yang ditemukan di paru.
Mereka membentuk pertahanan penting melawan patogen di paru. Menurut artikel penelitian yang diterbitkan dalam American Journal of Respiratory and Critical Care Medicine, AM membersihkan ruang udara dari partikel infeksius yang menghindari pertahanan mekanis saluran pernapasan, seperti saluran hidung.
Para peneliti menjelaskan karena paru-paru mengandung sejumlah besar sel kekebalan ini, kemungkinan besar mereka adalah jenis sel pertama yang ditemui virus.
Menggali lebih dalam, tim kemudian melihat interferon, yakni sekelompok sitokin yang penting dalam melawan virus. Ketika tubuh mengenali infeksi virus, sistem kekebalan memulai produksi interferon.