Donald Wahyudi

0
75

Mereka memang tinggal berdua di rumahnya itu. Empat anaknya sudah berkeluarga semua –salah satunya menjadi manajer di perusahaan Thamrin Anwar. Wahyudi merasa dirinyalah yang terkena Covid dulu. Baru kemudian menular ke istri. “Mungkin saya terkenanya di pasar,” ujar Wahyudi menduga.

Thamrin Anwar

Malam itu badannya terasa lemah. Saat mau kencing pun tidak kuat. Ketika bangun pagi badan kian lemah. Ia mulai curiga jangan-jangan terkena Covid. Maka ia ambil minyak kayu putih. Bukan untuk diusap tapi untuk tes penciuman. Wahyudi tahu salah satu tanda terkena Covid adalah hilangnya rasa penciuman.

“Lho kok minyak kayu putih ini baunya seperti rokok ya,” katanya pada istrinya. Dia ulang dan ulangi. Tetap saja aroma minyak kayu putih itu seperti rokok. Saya pun baru tahu: bahwa penderita Covid itu bukan hanya kehilangan rasa penciuman. Tapi juga berubahnya aroma sebuah benda.

Maka Wahyudi merasa hampir pasti ia terkena Covid. Ia pun bergegas ke rumah sakit Awal Bros. Ia melakukan swab di situ: positif. Istrinya pun tes: positif. Sampai di situ badan masih lemah. Tapi tidak ada rasa panas. Tidak sesak. Tidak batuk.

Hari itu juga Wahyudi cari rumah sakit: RS Bhakti Kartini Bekasi. Besoknya istrinya juga masuk rumah sakit yang sama. Dengan tempat tidur yang hanya berjarak 2 meter dari suami. Sama-sama diinfus, disuntik dan diberi obat.

Tapi Wahyudi tidak tahu obat apa. Ia pensiunan di pabrik baja setamat dari SMA di Kediri. Istrinya juga pensiunan guru SD. Selama di rumah sakit itu suhu badannya panas: 39 derajat lebih. Tidak pernah bisa turun. Demikian juga istrinya. Ia juga berak-berak. Tapi tidak sampai sesak napas.