Serta dari sisi seismik terus mengalami peningkatan. Namun, kenaikan energi Merapi saat ini masih jauh dari gejala yang terjadi pada 2010, sehingga tidak perlu khawatir.
“Masih jauh dari 2010, tetapi lebih dari 2006. Vulkanik dalam di Juni tahun lalu sekarang bermigrsi menjadi dangkal. Maka itu, tidak ada lagi suplai dari dalam. Namun, kemungkinan percepatan dari sisi seismik, menjadikan indikasi adanya eksplosif,” jelasnya.
Hanik mengungkapkan, berbagai peralatan pemantauan terhadap segala gejala Merapi yang terjadi terus dimaksimalkan. Bahkan, puluhan peralatan untuk memantau Merapi telah terpasang, meski sebelumnya terdapat beberapa yang mengalami kerusakan akibat erupsi.
Terlebih lagi, pemantauan Merapi terakhir kali dilakukan menggunakan drone pada 3 November. Yang akhirnya menjadi dasar untuk menaikkan status menjadi siaga.
“Jika melihat bukaannya untuk potensi ancamannya lebih mengarah ke Sleman dan Klaten. Namun kan untuk kubahnya belum muncul ke permukaan. Masih perlu didata lagi kubahnya munculnya di mana. Kalau sudah muncul kubah, menjadi lebih pasti seberapa besar ancamannya,” jelasnya. (ren/ria)