Anggota Majelis Tinggi Partai Demokrat ini pun menegaskan bahwa kondisi ini sangat berbahaya bagi perekonomian Indonesia.
Apalagi, sektor-sektor yang paling anjlok pertumbuhannya adalah sektor yang banyak berhubungan dengan investasi, seperti industri alat angkutan (-29,98 persen), industri mesin dan perlengkapan (-10,76 persen), indutri karet dan plastik (-9,61 persen), industri tekstil (-9,32 persen), industri batu bara dan migas (-7,17 persen), hingga industri barang logam (-6,86 persen).
Ia menilai, anjloknya industri padat modal ini dapat berimbas pada iklim investasi di Indonesia. Sebab, resesi ini akan membuat investor berpikir kembali untuk menanamkan modalnya di Indonesia.
“Industri yang menjadi tujuan investasi mengalami kontraksi pertumbuhan,” ungkap Syarief Hasan.
Diketahui, sebelumnya Syarief Hasan juga telah mengingatkan kepada pemerintah terkait potensi terjadinya resesi.
“Kami dari Fraksi Partai Demokrat telah mengingatkan potensi resesi dan dampak buruknya. Namun, langkah pemerintah harus lebih fokus dalam mencegah dan mengatasi masalah ekonomi akan teruji pada Q1V/ 2020. Apakah hypotesa Pemerintah bahwa untuk memulihkan ekonomi adalah dengan Omnibus law,” ungkapnya.